tag:blogger.com,1999:blog-81843829852283564492024-03-27T15:57:49.276-07:00Sanggar Tari Kembang Sore IndonesiaUnknownnoreply@blogger.comBlogger36125tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-42488339002033898702012-09-18T09:37:00.002-07:002012-12-11T16:37:36.443-08:00Seni Tari Dayak<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8184382985228356449" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a>1. Tari Gantar<br />
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.<br />
<br />
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.<br />
<br />
<br />
2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang<br />
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.<br />
<br />
Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.<br />
<br />
3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong<br />
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.<br />
<br />
Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.<br />
<br />
4. Tari Kancet Lasan<br />
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.<br />
<br />
5.Tari Leleng<br />
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.<br />
<br />
<br />
6. Tari Hudoq<br />
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
7. Tari Hudoq Kita'<br />
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.<br />
<br />
8. Tari Serumpai<br />
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).<br />
Belian<br />
Tari Belian Bawo<br />
<br />
9. Tari Belian Bawo<br />
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.<br />
<br />
10. Tari Kuyang<br />
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.<br />
<br />
11. Tari Pecuk Kina<br />
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.<br />
<br />
12. Tari Datun<br />
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.<br />
<br />
13. Tari Ngerangkau<br />
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.<br />
<br />
14. Tari Baraga' Bagantar<br />
Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-35384514043481203492012-03-18T08:26:00.001-07:002012-03-18T08:26:29.225-07:00Agenda Seni Budaya Jawa Timur<h2>
<a href="http://www.herdoniwahyono.com/2012/02/agenda-taman-budaya-jawa-timur-2012.html">AGENDA TAMAN BUDAYA JAWA TIMUR 2012</a>
</h2>
<span style="color: #6699ff;"><em></em></span>
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-AY_PuQZJMxA/T0hX0VdoCOI/AAAAAAAABWo/b4YJgJAO-LY/s1600/AgendaTaman%2BBudaya2012.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5712912683945691362" src="http://4.bp.blogspot.com/-AY_PuQZJMxA/T0hX0VdoCOI/AAAAAAAABWo/b4YJgJAO-LY/s320/AgendaTaman%2BBudaya2012.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 320px; margin: 0 10px 10px 0; width: 151px;" /></a><br />
<span style="font-size: 100%;">"<span style="font-weight: bold;">Agenda Pergelaran UPT Taman Budaya Jawa Timur 2012</span>".<br /><br />Januari 2012<br /><br />Sabtu, 28 Januari 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Putut Puji Agus Seno (Magetan)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Banjaran Gatutkaca</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Februari 2012<br /><br />Sabtu, 4 Februari 2012<br />Pergelaran Teater Tradisi<br /><span style="font-style: italic;">Janger Sastra Dewa</span> (Banyuwangi)<br />Lakon Banterang Surati<br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 11 Februari 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Kunto Wibisono (Pasuruan)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Angsahe Indrajit</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />17, 18, 19 Februari 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Gumelar Budaya Bumi Anjuk Ladang </span>Kabupaten Nganjuk<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 25 Februari 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Wayang Orang Surya Ndhadari (Blitar)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Kikis Tunggorono</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />Maret 2012<br /><br />Sabtu, 10 Maret 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Lasno Pujo Karsono (Ngawi)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Sang Dewa Brata</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />16, 17, 18 Maret 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Kharisma Bumi Wali</span> Kabupaten Gresik<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 31 Maret 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Lerok Anyar (Blitar)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Sawunggaling</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />April 2012<br /><br />Sabtu, 7 April 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Rudianto (Kota Blitar)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Parikesit Dadi Ratu</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />13, 14, 15 April 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Orek-orek Ngawi Ramah</span> Kabupaten Ngawi<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 21 April 2012<br />Pergelaran Periodik Teater Tradisi<br />Ludruk RRI Kota Surabaya<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Seblak Sumilak</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 28 April 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Mustika Jaya (Jombang)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Nguri-nguri Nemu Wadi</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />Mei 2012<br /><br />Sabtu, 5 Mei 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Mus Mujiono (Ponorogo)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Basukarno</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />11, 12, 13 Mei 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Semarak Bumi Blambangan</span> Kabupaten Banyuwangi<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 26 Mei 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Putra Wijaya (Jombang)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Paku Wojo Tanding</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><a name='more'></a><br />Juni 2012<br /><br />Sabtu, 2 Juni 2012<br />Pergelaran Teater Tradisi<br />Padepokan Seni Kirun (Madiun)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Minak Jinggo Gandrung</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 9 Juni 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Blego Ardianto (Gresik)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Sesaji Sekar Tenggek Ludiro Ireng Cemani</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />15, 16, 17 Juni 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Bumi Khayangan Api </span>Kabupaten Bojonegoro<br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 23 Juni 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Taruna Budaya Kota Malang<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Pendekar Senteng</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />30 Juni s.d 4 Juli 2012<br />Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia<br />Pembukaan di Taman Candra Wilwatikta Pandaan<br />Pameran Seni Rupa<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Juli 2012<br /><br />Sabtu, 7 Juli 2012<br />Pergelaran Seni Pergaulan Tahun 2012<br /><span style="font-style: italic;">Langen Tayub</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 14 Juli 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Aditya Kresna (Kota Madiun)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Wiratha Parwa</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />September 2012<br /><br />Sabtu, 1 September 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Sigit Setyawan (Pacitan)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Wisanggeni Krama</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 8 September 2012<br />Pergelaran Teater Tradisi<br />Ketoprak Mastuti Budoyo (Ngawi)<br />Lakon<span style="font-style: italic;"> Padepokan Putat Selawe</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />14, 15, 16 September 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Cahya Gumebyar Bumi Lawadan</span> Kabupaten Tulungagung<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 22 September 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Putra Batu (Kota Batu)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Maling Caluring</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />28, 29 September 2012<br /><span style="font-style: italic;">Parade Seni Teater</span><br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Oktober 2012<br /><br />Sabtu, 6 Oktober 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Dwi Arto Yuwono (Banyuwangi)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Bale Sigala-gala</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />12, 13, 14 Oktober 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Mutiara Bumi Wengker</span> Kabupaten Ponorogo<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 20 Oktober 2012<br />Pergelaran Periodik Seni Budaya<br />Ludruk Perdana (Pasuruan)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Wis Tibo, Ketiban Ondo</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />November 2012<br /><br />Sabtu, 3 November 2012<br />Pergelaran Wayang Kulit<br />Ki Arin Wicaksono (Mojokerto)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Tumurune Mustika Rukmi</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />9, 10, 11 November 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Gumregah Bumi Ronggolawe</span> Kabupaten Tuban<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 24 November 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Karya Baru (Mojokerto)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Wanita Penarik Becak</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />Desember 2012<br /><br />Sabtu, 1 Desember 2012<br />Pergelaran Teater Tradisi<br />Komunitas Ketoprak THR Kota Surabaya<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Jala Sutra Ontran-ontran Jenggala</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 8 Desember 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Budi Wijaya (Jombang)<br />Lakon<span style="font-style: italic;"> Pendekar Jati Kumara</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />14, 15, 16 Desember 2012<br />Gelar Seni Budaya Daerah<br /><span style="font-style: italic;">Pesona Kediri Bumi Panji</span> Kabupaten Kediri<br />Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 22 Desember 2012<br />Pergelaran Teater Tradisi<br />Ludruk Karya Budaya (Kota Mojokerto)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Sakera</span><br />Pendopo Taman Budaya Jawa Timur<br /><br />Sabtu, 29 Desember 2012<br />Pergelaran Seni Budaya<br />Ludruk Karya Damai (Kota Probolinggo)<br />Lakon <span style="font-style: italic;">Pa'rona</span><br />Pendopo Taman Krida Budaya Malang<br />Jl. Sukarno Hatta No. 7 Malang<br /><br />Sumber :<br />Pemerintah Provinsi Jawa Timur<br />Dinas Kebudayaan dan Pariwisata<br />UPT Taman Budaya<br />Jl. Gentengkali No. 85 Surabaya<br />Telp/Fax 031 5342128<br />E-mail : tamanbudayajatim@yahoo.co.id<br /><br />Acara dimulai pukul 19.00 WIB<br />Gratis untuk umum.<br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-59129475299423701832012-03-18T08:17:00.001-07:002012-03-18T08:17:28.324-07:00Agenda Seni Budaya Anjungan Jawa Timur<div id="category-name">
<div id="category-inner">
<h1 class="category-title">
Info Kegiatan Seni 2012</h1>
</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<strong>JADWAL GELAR SENI BUDAYA DAERAH TAHUN 2012</strong></div>
<div style="text-align: center;">
<strong>ANJUNGAN JAWA TIMUR TMII – JAKARTA</strong></div>
<strong>
</strong><br />
<table class="wp-table-reloaded wp-table-reloaded-id-10" id="wp-table-reloaded-id-10-no-1"><thead>
<tr class="row-1 odd">
<th class="column-1">TANGGAL</th><th class="column-2">KEGIATAN</th><th class="column-3">DUTA SENI DAERAH</th><th class="column-4">KETERANGAN</th>
</tr>
</thead>
<tbody>
<tr class="row-2 even">
<td class="column-1">18 Maret 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. PAMEKASAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-3 odd">
<td class="column-1">25 Maret 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. BLITAR</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-4 even">
<td class="column-1">15 April 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. TULUNGAGUNG</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-5 odd">
<td class="column-1">22 April 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. KEDIRI</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-6 even">
<td class="column-1">29 April 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. SIDOARJO</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-7 odd">
<td class="column-1">06 Mei 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. TUBAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-8 even">
<td class="column-1">13 Mei 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KOTA BATU</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-9 odd">
<td class="column-1">20 Mei 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KOTA MOJOKERTO</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-10 even">
<td class="column-1">27 Mei 2012</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. SAMPANG</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-11 odd">
<td class="column-1">03 Juni 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KOTA MALANG</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-12 even">
<td class="column-1">10 Juni 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. MAGETAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-13 odd">
<td class="column-1">17 Juni 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. BANGKALAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-14 even">
<td class="column-1">01 Juli 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. NGANJUK</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-15 odd">
<td class="column-1">08 Juli 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. SITUBONDO</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-16 even">
<td class="column-1">15 Juli 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. SUMENEP</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-17 odd">
<td class="column-1">02 September 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. JOMBANG</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-18 even">
<td class="column-1">09 September 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. LAMONGAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-19 odd">
<td class="column-1">16 September 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. BANYUWANGI</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-20 even">
<td class="column-1">23 September 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. TRENGGALEK</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-21 odd">
<td class="column-1">30 September 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. PACITAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-22 even">
<td class="column-1">07 Oktober 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. PASURUAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-23 odd">
<td class="column-1">14 Oktober 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. NGAWI</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-24 even">
<td class="column-1">21 Oktober 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. MADIUN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-25 odd">
<td class="column-1">04 Nopember 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. BONDOWOSO</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-26 even">
<td class="column-1">11 Nopember 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KOTA. PASURUAN</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-27 odd">
<td class="column-1">18 Nopember 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KOTA BLITAR</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-28 even">
<td class="column-1">02 Desember 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. BOJONEGORO</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-29 odd">
<td class="column-1">09 Desember 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KOTA KEDIRI</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-30 even">
<td class="column-1">31 Desember 2012<br />
</td><td class="column-2">PAGELARAN KESENIAN DAERAH</td><td class="column-3">KAB. MOJOKERTO</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-31 odd">
<td class="column-1">-</td><td class="column-2"><br /></td><td class="column-3"><br /></td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-32 even">
<td class="column-1 colspan-4" colspan="4"> </td>
</tr>
<tr class="row-33 odd">
<td class="column-1">TANGGAL</td><td class="column-2">KEGIATAN TAHUNAN</td><td class="column-3">DUTA SENI DAERAH</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-34 even">
<td class="column-1">23 Juni 2012<br />
</td><td class="column-2">PESONA BUDAYA JAWA TIMUR</td><td class="column-3">KAB. PONOROGO</td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-35 odd">
<td class="column-1">TANGGAL</td><td class="column-2">KEGIATAN </td><td class="column-3">DUTA SENI </td><td class="column-4"><br /></td>
</tr>
<tr class="row-36 even">
<td class="column-1">04 - 05 Juni 2012<br />
</td><td class="column-2">PELATIHAN TARI JAWA TIMURAN</td><td class="column-3">GURU / PELATIH TARI DI JABODETABEK</td><td class="column-4"><br /></td></tr>
</tbody></table>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-24070226967697022872012-03-05T02:21:00.001-08:002012-03-05T02:23:54.941-08:00Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-fgxcnWm63VQ/TtuYlEsYYLI/AAAAAAAAAG4/eg0eePJxYMw/s1600/stks3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="204" src="http://2.bp.blogspot.com/-fgxcnWm63VQ/TtuYlEsYYLI/AAAAAAAAAG4/eg0eePJxYMw/s320/stks3.jpg" width="320" /></a>Latar Belakang Karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda-Karawitan Banyuwangi dan karawitan Sunda mempunyai latar belakang kehidupan budaya agraris yang kuat. Letaknya yang berdekatan dengan Bali dan hanya dipisahkan dengan selat kecil, sehingga pengaruh kesenian Bali tidak dapat dielakan. Bahkan menurut sejarahnya Banyuwangi pernah menjadi bagian dari kerajaan di Bali. <br />
Bambu merupakan bahan baku pembuatan alat musik tradisional di daerah Banyuwangi dengan orkestrasi antara lain seruling dan angklung. Selanjutnya dari alat musik angklung yang berlaraskan slendro dan kenong kempul musik kolotomik yang sudah lebih dahulu ada mengadopsi baik instrumen, vokal maupun tehnik permainannya dari karawitan Bali maupun Jawa. Hal ini juga terjadi pada karawitan Sunda (gamelan Degung), alat musik dari bambu yakni seruling. Khususnya karawitan Jawa tidak tampak menonjol pengaruhnya dalam instrumen vokal dan tehnik permainannya, kecuali pada penyebutan alat musik dan syairnya. <br />
Kebudayaan barat dimasa penjajahan Belanda juga amat dirasakan <br />
pengaruhnya pada karawitan Banyuwangi hal ini terbukti dengan adanya “biola” masuk dalam ansambelnya. Demikian pula pengaruh Cina yakni alat musik “triangel” atau disebut kluncing atau ining-inging. <br />
Karawitan Banyuwangi yang berlaraskan slendro dengan alat yang terdiri dari: 2 demung, 2 slenthem, 4 saron, 2 peking, 2 kendang, kenong telok, kempul gong, 2 angklung, biola dan triangel itu pada umumnya berfungsi membantu penyajian lagu-lagu tradisional. Sedangkan sebagai pemangku tari hanya pada jenis tari kreasi baru <br />
Yang bersumber dari tradisi. Sedangkan karawitan Sunda yang berlaraskan pelogterdiri dari: 1 saron penerus, 1 cempres (jw: peking), 1 set bonang, 1 set jengglong (jawa: kempul), 1 set kendang, 1 seruling, 1 rebab, 1 kecrek dan goong. <br />
<br />
<a name='more'></a>Bertolak dari hal tersebut diatas, tidaklah mudah mempelajari karawitan Banyuwangi maupun karawitan Sunda dengan harus mempelajari karakter, bentuk serta pola tabuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu perlu pemecahan guna mendapat solusi agar tidak terjadi hambatan, kejenuhan dan keengganan mengikuti proses belajar bahkan mengabaikan. <br />
Adapun solusi yang penulis tawarkan guna tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien adalah dengan metode pengamatan dan imitasi. Metode pengamatan, mahasiswa akan mendapatkan penjelasan perihal latar belakang budaya, jenis-jenis alat, tehnik pukulan serta istilah-istilah musik, lagu/syair dan permainanya disertai pemutaran VCD. Sedangkan metode imitasi adalah pola menirukan tehnik suara maupun tehnik pukulan baik dari pelau seni maupun dari contoh VCD.<br />
Akhirnya dengan metode ini yang diharapkan tidak akan terjadi cara belajar seperti yang dikawatirkan bahkan sebaliknya akan tercipta suasana kondosif penuh semangat yang muaranya dengan hasil memuaskan.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-57326308056308743172012-03-05T02:01:00.000-08:002012-03-05T02:23:05.056-08:00Karawitan atau Gamelan Dalam Sebuah Abstrak<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<span style="font-size: large;">"ABSTRAK"</span></div>
<div style="font-family: Verdana,sans-serif;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-vDDuhmzKBqY/TxhJizVSNLI/AAAAAAAAANA/09JCwTisRhY/s1600/pengertian+gamelan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://1.bp.blogspot.com/-vDDuhmzKBqY/TxhJizVSNLI/AAAAAAAAANA/09JCwTisRhY/s320/pengertian+gamelan.jpg" width="320" /></a>Karawitan atau Gamelan Dalam Sebuah Abstrak-Karawitan atau gamelan adalah penyebutan alat musik tradisonal yang lazim bagi masyarakat Jawa, Sunda dan Bali. Tidak seperti alat musik lainnya di Indonesia, ansambel karawitan atau gamelan berjumlah besar, bentuknya berupa bilah-bilah atau canang-canang dalam berbagai ukuran dengan atau tanpa dilengkapi sebuah wadah gema.<br />
Sebagai perangkat alat musik tradisi sampai saat ini karawitan masih hidup dan berkembang dengan baik bersama lingkungan masyarakatnya baik di istana (klasik) maupun masyarakat (kerakyatan). Sudah barang tentu masing-masing berkembang menurut sikap, cara berpikir serta tindakan yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada, secara turun temurun, menurut tradisi adatnya. Demikian halnya dengan karawitan Banyuwangi dan Karawitan Sunda, sebagai ansambel musik rakyat yang khas di bagian ujung timur dan ujung barat dari pulau Jawa itu.<br />
<br />
<a name='more'></a>Pembelajaran praktek karawitan Banyuwangi khususnya di kalangan akademis Etnomusikologi dirasa belum memenuhi harapan baik metode, efisiensi, minat belajar serta kemajemukan pembelajar seni dari berbagai daerah, begitu pula dengan karawitan Sunda juga terkendala dengan hal tersebut. Oleh karena itu kiranya perlu pemikiran akademik dengan metode yang tepat dalam penyampaian materi kepada masyarakat, sehingga dapat membantu pemahaman terhadap materi Karawitan atau gamelan dalam sebuah abstrak.</div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-14737267086303703332012-01-29T09:28:00.000-08:002012-01-29T09:35:14.829-08:00Pentas "Ngetnis Bali" HMJ Etnomusikologi ISI Jogja<div style="color: #eeeeee;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 18pt;"><a href="http://jogjanews.com/2011/12/30/pentas-ngetnis-bali-hmj-etnomusikologi-isi-yogyakarta-hadirkan-lagu-melayu-singapura/" title="Pentas “Ngetnis Bali” HMJ Etnomusikologi ISI Yogyakarta, Hadirkan Lagu Melayu Singapura">HMJ Etnomusikologi ISI Yogyakarta,
Hadirkan Lagu Melayu Singapura Dalam Pentas " ngetnis Bali"</a></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Lantunan musik gamelan Bali memecah
heningnya malam di gedung Jurusan Etnomusikologi Institut Seni Indonesia
Yogyakarta, pada hari minggu (25/12). Seperangkat gamelan Bali tertata rapi di
depan gedung jurusan Etnomusikologi ISI.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tari-tarian, musik serta perfomance
art pada malam itu, disajikan oleh mahasiswa Jurusan Etnomusikologi ISI
Yogyakarta serta dari Fakultas Seni Pertunjukan lainnya. Pertunjukkan etnis ini
merupakan bagian program bulanan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Etnomusikologi yang dikoordinasi secara swadaya oleh anggota serta rekan
HMJ Etnomusikologi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></span><a href="http://st-kembangsore.blogpot.com/etnis-bali.jpg"><span style="color: blue; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; text-decoration: none;"></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pementasan salah satu tari dari Bali
(Sekar Jagad), dalam acara "Ngetnis Bali" oleh mahasiswa Fakultas
Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, Minggu (25/12).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dan kedua kalinya mengadakan pentas
etnis setelah bulan sebelumnya, pada bulan November, mengadakan pentas etnis
bertajuk “Ngetnis Sunda”, kali ini HMJ Etnomusikologi mengusung tema Bali
pada “Ngetnis Bali”. Berbeda dengan pentas etnis sebelumnya, yang menggunakan
satu venue, pada “Ngetnis Bali” ada tiga venue yang digunakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Venue pertama di depan gedung
jurusan Etnomusikologi, kedua di samping barat gedung dan ketiga di dalam
gedung. Penonton digiring dari satu venue ke venue lainnya dengan iringan
instrumen Bali, kendang, kajar, kemong dan klenang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Yang istimewa dari pentas etnis kali
ini adalah pertunjukkan dari Sanggar Sri Warisan Singapura. Mereka memberikan
sajian berupa tari-tarian, musik serta tembang-tembang Melayu yang dipadukan
dengan irama musik Bali yang merupakan hasil dari workshop mereka dari
mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta selama lima hari.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ini adalah workshop pertama kali
yang diadakan oleh Jurusan Etnomusikologi ISI. Kolaborasi antara musik etnis
Bali dengan Melayu Singapura menghasilkan irama yang unik dan energik. Tak
ubahnya dengan Joged Bumbung yang juga disajikan secara kontemporer, sehingga
menarik perhatian penonton di venue barat gedung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Uniknya di acara ini Joged Bumbung
para penarinya lain dari biasanya, yang biasanya dibawakan oleh para wanita,
kali ini dibawakan oleh para lelaki. Para penonton digoda para penari untuk
diajak berjoged dengannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">PenCerita pertempuran Karna dan
Gatotkaca dalam kisah Mahabharata juga diceritakan melalui gerakan-gerakan tari
yang apik dan energik oleh mahasiswa-mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan. Tak
hanya tari-tarian ataupun musik kontemporer Bali yang disajikan di acara ini,
tarian klasik tradisional Bali, Sekar Jagad yang dibawakan oleh mahasiswi
Jurusan Tari ISI Yogyakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Ketua HMJ Etnomusikologi ISI,
Praptika Kamalia Jaya (Komang), yang juga selalu terlibat dalam setiap program
HMJ ini, mempunyai cita-cita, yang nantinya program Ngetnis akan dibuat suatu
acara besar dengan mendirikan stand-stand di sepanjang jalan kampus, dan akan
diisi dengan musik-musik dari berbagai etnis.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-57992700314736303112012-01-19T08:51:00.000-08:002012-01-19T08:53:00.622-08:00Pengertian Gamelan | Gamelan Jawa | Alat Musik Gamelan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<b><span class="Apple-style-span" style="color: #555555; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 12px; line-height: 18px;">Pengertian Gamelan | Gamelan Jawa | Alat Musik Gamelan - Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, masyarakat paham dengan apa yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah 'gamelan', 'karawitan', atau 'gangsa'. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada di Jawa?.</span></span></b><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: #555555; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"><br /></span><br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-vDDuhmzKBqY/TxhJizVSNLI/AAAAAAAAANA/09JCwTisRhY/s1600/pengertian+gamelan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://1.bp.blogspot.com/-vDDuhmzKBqY/TxhJizVSNLI/AAAAAAAAANA/09JCwTisRhY/s320/pengertian+gamelan.jpg" width="320" /></a><b>Gamelan</b> adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan <b>gamelan</b> sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya.<br />
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling.<br />
<br />
Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan<br />
<br />
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini. Tetapi, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana.<br />
<br />
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu).<br />
<br />
Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.<br />
<br />
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).<br />
<br />
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.<br />
<br />
Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.<br />
<br />
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.<br />
<br />
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.<br />
<br />
* Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.<br />
<br />
* Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.<br />
<br />
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.<br />
<div>
<br /></div>
Istilah <i style="-webkit-box-shadow: none !important; border-bottom-left-radius: 0px 0px !important; border-bottom-right-radius: 0px 0px !important; border-top-left-radius: 0px 0px !important; border-top-right-radius: 0px 0px !important;">“karawitan” </i>yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai "<i style="-webkit-box-shadow: none !important; border-bottom-left-radius: 0px 0px !important; border-bottom-right-radius: 0px 0px !important; border-top-left-radius: 0px 0px !important; border-top-right-radius: 0px 0px !important;">karawitan</i>" berangkat dari kata dasar <i style="-webkit-box-shadow: none !important; border-bottom-left-radius: 0px 0px !important; border-bottom-right-radius: 0px 0px !important; border-top-left-radius: 0px 0px !important; border-top-right-radius: 0px 0px !important;">“rawit” </i>yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan (Supanggah, 2002:5¬6).<br />
<br />
Dalarn pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut (Supanggah, 2002:12):<br />
(1) menggunakan alat musik gamelan - sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog - sebagian atau semuanya.<br />
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.<br />
<br />
Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada. Karawitan telah 'mendunia'. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-44078395085424634352011-12-25T09:40:00.000-08:002011-12-25T09:43:24.788-08:00PENDIDIKAN SENI TARI | Unsur-Unsur Seni Tari | Gerak Dalam Seni Tari | Jenis-Jenis Seni Tari<h1>
PENDIDIKAN SENI TARI</h1>
<b>Pendidikan Seni Tari | Unsur-Unsur Seni Tari | Gerakan Dalam Seni Tari | Jenis-Jenis Seni Tari-Sanggar Tari Kembang Sore</b> telah menjadi <b>Sanggar</b> yang besar dengan
mempunyai banyak cabang di berbagai kota. <b>Sanggar tari i</b>ni berpusat di
kota gudeg <u>Yogyakarta</u>, dengan berbagai tarian khas nya mulai dari tari
tradisional hingga tari kontemporer. <b>Sanggar Tari Kembang Sore</b> selalu
menerima warga baru (sebutan untuk murid baru) setiap tahun tahun.
Dengan berbagai jenjang, mulai dasar sampai mahir. dalam artikel kali ini <b>st-kembangsore</b> akan mengulas lebih lanjut mengenai apa itu <b>Pendidikan Seni Tari</b>.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-W0FnqLQNZiM/TvdcgA5v7II/AAAAAAAAAL0/7_G5n-cGbFU/s1600/PENDIDIKAN+SENI+TARI1" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-W0FnqLQNZiM/TvdcgA5v7II/AAAAAAAAAL0/7_G5n-cGbFU/s320/PENDIDIKAN+SENI+TARI1" width="213" /></a></div>
<b>Seni Tari</b> adalah ungkapan perasaan jiwa seseorang yang disajikan dengan bentuk dan <b>gerak </b>tubuh sesorang.<b>Unsur utama tari</b> adalah<i> gerak</i>, <b>Gerak tari </b>selalu melibatkan unsur anggota tubuh manusia. <i>Unsur-unsur</i> anggota tubuh tersebut di dalam membentuk <b>gerak tari</b> dapat berdiri sendiri ataupun bersambungan.<br />
Menurut aktifitasnya gerak dapat di bagi menjadi dua macam,yaitu :<br />
<ul>
<li>Gerak setempat adalah gerak yang dilakukan tanpa berpindah tempat</li>
<li>Gerak berpindah tempat adalah gerak yang dilakukan dengan berpindah tempat dapat dilakukan dengan gerak bergeser, melangkah, meluncur dan melompat.</li>
</ul>
Menurut bentuknya,gerak dapat dibagi menjadi tiga macam,yaitu :<br />
<ul style="text-align: left;">
<li><i>Gerak Realistik / Gerak Wantah</i> adalah gerak yang dilakukan oleh sesorang sesuai dengan apa yang dilihatnya.</li>
<li><i>Gerak Stilir</i> adalah gerak yang sudah digubah,gerak tidak wantah dengan cara diperhalus.</li>
<li><i>Gerak Simbolik</i> adalah gerak yang hanya sebagai simbol,gerak tidak wantah yang sudah di stilir.<a name='more'></a></li>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-wA9ATO7QZYo/Tvdf1aIaGRI/AAAAAAAAAMM/9eOexQ_Gbm0/s1600/PENDIDIKAN+SENI+TARI2" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="http://2.bp.blogspot.com/-wA9ATO7QZYo/Tvdf1aIaGRI/AAAAAAAAAMM/9eOexQ_Gbm0/s400/PENDIDIKAN+SENI+TARI2" width="400" /></a></div>
Menurut sifatnya gerak dapat dapat di bagi menjadi empat,yaitu :<br />
<ul>
<li><i>Gerak Lemah</i> adalah gerak yang dilakukan dengan tidak menggunakan kekuatan otot.</li>
<li><i>Gerak tegang</i> adalah gerak yang dilakukan dengan menggunakan otot-otot atau kekuatan.</li>
<li><i>Gerak lembut</i> adalah gerak yang dilakukan oleh sesorang yang gerak-gerakannya mengalir.</li>
<li><i>Gerak kasar</i> adalah gerak-gerak yang dilakukan oleh sesorang dengan menggunakan otot-otot yang kuat.seperti hentakan-hentakan kakiyang dilakukan dengan kecepatan tinggi.</li>
</ul>
<b>Unsur-unsur Penunjang Tari</b><br />
<ul>
<li>Make Up / Tata Rias</li>
<li>Tata Busana</li>
<li>Iringan Musik</li>
<li>Tempat</li>
<li>Tata lampu</li>
<li>Tema Tari</li>
</ul>
<b>Unsur-unsur Kaidah Seni Tari</b><br />
<ul>
<li><i>Wiraga</i> adalah kemampuan peragaan ,penguasaan kelenturan teknik tenaga gerak dan ungkapan gerak yang jelas.</li>
<li><i>Wirama</i> adalah pengaturan tempo dan ritmeyang erat sekali hubungannya dengan irama.</li>
<li><i>Wirasa</i> adalah aspek yang bersifat rohaniah yang mendukung keseluruhan tarian yang dibawakan penari.</li>
</ul>
<b>Jenis-jenis Seni Tari</b><br />
*Jenis tari menurut garapan<br />
<ul>
<li>Tari Tradisional meliputi tari Rakyat dan Tari Klasik.</li>
<li>Tari Kreasi meliputi Tari Modern dan Tari Kontemporer</li>
</ul>
*Jenis Tari Menurut Kareografi<br />
<ul>
<li>Tari tunggal</li>
<li>Tari Pasangan</li>
<li>Tari Kelompok / Tari Massal</li>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Demikian artikel ulasan mengenai<b> Pendidikan Seni Tari, Unsur-Unsur Seni Tari, Gerak Dalam Seni Tari, Jenis-Jenis Seni Tari,</b> semoga bisa bermanfaat.</div>Unknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-80950306133232413272011-12-18T10:41:00.000-08:002011-12-25T09:58:58.708-08:00Pengertian Seni Tari | Seni Tari Menurut Beberapa Tokoh | Tari adalah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-tOqextxZrQE/TvdkBQqbdII/AAAAAAAAAMY/vbNTE4dTLqI/s1600/PENDIDIKAN+SENI+TARI1" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-tOqextxZrQE/TvdkBQqbdII/AAAAAAAAAMY/vbNTE4dTLqI/s320/PENDIDIKAN+SENI+TARI1" width="213" /></a></div>
Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.<br />
<br />
Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.<br />
<br />
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.<br />
<br />
Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari,dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tari merupakan salah satu cabang seni, di mana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.<br />
<br />
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat.<br />
<br />
Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untuk mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.<br />
<br />
Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.<br />
<br />
Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.<br />
<br />
Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).<br />
<br />
Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).<br />
<br />
Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerakyang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-56338724301904025512011-12-11T09:09:00.001-08:002011-12-25T09:41:48.438-08:00Malioboro Surga Cindera Mata | Malioboro Jantung Kota Jogja<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: large;"><b>MALIOBORO Pusat "Jajan" di Jogjakarta</b></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-ACHf5BhWsBE/TuTk78hz2OI/AAAAAAAAALg/Y9cTsjkfMI4/s1600/Malioboro-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="261" src="http://2.bp.blogspot.com/-ACHf5BhWsBE/TuTk78hz2OI/AAAAAAAAALg/Y9cTsjkfMI4/s400/Malioboro-2.jpg" width="400" /></a></div>
<b>Malioboro Surga Cindera Mata | Malioboro Jantung Kota Jogja</b>-Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.<br />
Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-dCORT_2LYqk/TuTlJVasvuI/AAAAAAAAALo/lBW32F__tKY/s1600/malioboro-kini.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="236" src="http://1.bp.blogspot.com/-dCORT_2LYqk/TuTlJVasvuI/AAAAAAAAALo/lBW32F__tKY/s320/malioboro-kini.jpg" width="320" /></a></div>
Menyusuri Jalan Karangan Bunga dan Surga Cinderamata di Jantung Kota Jogja<br />
Matahari bersinar terik saat ribuan orang berdesak-desakan di sepanjang Jalan Malioboro. Mereka tidak hanya berdiri di trotoar namun meluber hingga badan jalan. Suasana begitu gaduh dan riuh. Tawa yang membuncah, jerit klakson mobil, alunan gamelan kaset, hingga teriakan pedagang yang menjajakan makanan dan mainan anak-anak berbaur menjadi satu. Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya rombongan kirab yang ditunggu pun muncul. Diawali oleh Bregada Prajurit Lombok Abang, iring-iringan kereta kencana mulai berjalan pelan. Kilatan blitz kamera dan gemuruh tepuk tangan menyambut saat pasangan pengantin lewat. Semua berdesakan ingin menyakasikan pasangan GKR Bendara dan KPH Yudhanegara yang terus melambaikan tangan dan menebarkan senyum ramah.<br />
Itulah pemandangan yang terlihat saat rombongan kirab pawiwahan ageng putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X lewat dari Keraton Yogyakarta menuju Bangsal Kepatihan. Ribuan orang berjejalan memenuhi Jalan Malioboro yang membentang dari utara ke selatan. Dalam bahasa Sansekerta, malioboro berarti jalan karangan bunga karena pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan sepanjang 1 km ini akan dipenuhi karangan bunga. Meski waktu terus bergulir dan jaman telah berubah, posisi Malioboro sebagai jalan utama tempat dilangsungkannya aneka kirab dan perayaan tidak pernah berubah. Hingga saat ini Malioboro, Benteng Vredeburg, dan Titik Nol masih menjadi tempat dilangsungkannya beragam karnaval mulai dari gelaran Jogja Java Carnival, Pekan Budaya Tionghoa, Festival Kesenian Yogyakarta, Karnaval Malioboro, dan masih banyak lainnya.<br />
Sebelum berubah menjadi jalanan yang ramai, Malioboro hanyalah ruas jalan yang sepi dengan pohon asam tumbuh di kanan dan kirinya. Jalan ini hanya dilewati oleh masyarakat yang hendak ke Keraton atau kompleks kawasan Indische pertama di Jogja seperti Loji Besar (Benteng Vredeburg), Loji Kecil (kawasan di sebelah Gedung Agung), Loji Kebon (Gedung Agung), maupun Loji Setan (Kantor DPRD). Namun keberadaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut. Kelompok Tionghoa menjadikan Malioboro sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas ke arah utara hingga Stasiun Tugu.<br />
Melihat Malioboro yang berkembang pesat menjadi denyut nadi perdagangan dan pusat belanja, seorang kawan berujar bahwa Malioboro merupakan baby talk dari "mari yok borong". Di Malioboro Anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik, batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang asyik. Berjalan kaki di bahu jalan sambil menawar aneka barang yang dijual oleh pedagang kaki lima akan menjadi pengalaman tersendiri. Aneka cinderamata buatan lokal seperti batik, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Jika pandai menawar, barang-barang tersebut bisa dibawa pulang dengan harga yang terbilang murah.<br />
Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi ini pernah menjadi sarang serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi. Dari mereka pulalah budaya duduk lesehan di trotoar dipopulerkan yang akhirnya mengakar dan sangat identik dengan Malioboro. Menikmati makan malam yang romantis di warung lesehan sembari mendengarkan pengamen jalanan mendendangkan lagu "Yogyakarta" milik Kla Project akan menjadi pengalaman yang sangat membekas di hati.<br />
Malioboro adalah rangkaian sejarah, kisah, dan kenangan yang saling berkelindan di tiap benak orang yang pernah menyambanginya. Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang, serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta. Seperti kalimat awal yang ada dalam sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi "Cintalah yang membuat diriku betah sesekali bertahan", kenangan dan kecintaan banyak orang terhadap Malioboro lah yang membuat ruas jalan ini terus bertahan hingga kini.<br />
Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.<br />
<div>
<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-56841036765688024842011-12-11T07:58:00.001-08:002011-12-11T08:26:05.362-08:00Profil Singkat Candi Borobudur | Tempat Wisata Candi Borobudur | Candi Borobudur Situs Warisan Dunia<b></b><br />
<b></b><br />
<b><div style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; display: inline !important; padding-bottom: 0cm; padding-left: 0cm; padding-right: 0cm; padding-top: 0cm;">
<div class="MsoNormal" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; display: inline !important; margin-bottom: 1.2pt; padding-bottom: 0cm; padding-left: 0cm; padding-right: 0cm; padding-top: 0cm;">
<div style="display: inline !important;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 19pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: white;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black;">Borobudur</span></span></span></span></div>
</div>
</div>
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black;">
</span></b><br />
<b><span class="Apple-style-span" style="background-color: black;">
</span></b><br />
<b><div class="MsoNormal" style="line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 9pt;"><span class="Apple-style-span" style="color: white;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black;">Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas</span></span></span><o:p></o:p></span></div>
</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-aGSK83w6rFA/TuTVGj51xWI/AAAAAAAAALM/K8pzeaIlA08/s1600/Borobudur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="155" src="http://2.bp.blogspot.com/-aGSK83w6rFA/TuTVGj51xWI/AAAAAAAAALM/K8pzeaIlA08/s400/Borobudur.jpg" width="400" /></a></div>
<b>Profil Singkat Candi Borobudur | Tempat Wisata Candi Borobudur | Candi Borobudur Situs Warisan Dunia</b>-<b>Borobudur</b> adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak <b>di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.</b> Lokasi candi adalah kurang lebih 100km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agamaBuddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yeng diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1]Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-V6TP5qG6h8I/TuTVgtPSqXI/AAAAAAAAALU/17nkFKoyx4A/s1600/borobudur+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="256" src="http://2.bp.blogspot.com/-V6TP5qG6h8I/TuTVgtPSqXI/AAAAAAAAALU/17nkFKoyx4A/s320/borobudur+%25281%2529.jpg" width="320" /></a></div>
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempatziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[2] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.<br />
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[3] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[4]<br />
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan<br />
<div>
<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-26554766944610989342011-12-11T07:19:00.001-08:002011-12-11T07:40:44.640-08:00Sejarah Tamansari Yogyakarta | Tempat Wisata Taman Sari Keraton Yogyakarta<h1>
TAMANSARI</h1>
Alamat: Jl. Taman, Kraton, Yogyakarta 55133, Indonesia<br />
Koordinat GPS: S7°48'36.4" E110°21'34.2" (lihat peta)<br />
<br />
<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Jw8MC6sMV_I/TuTMbZt1y0I/AAAAAAAAAK8/-jALWXSgfIQ/s1600/taman-sari1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="286" src="http://4.bp.blogspot.com/-Jw8MC6sMV_I/TuTMbZt1y0I/AAAAAAAAAK8/-jALWXSgfIQ/s400/taman-sari1.jpg" width="400" /></a></div>
<b>Sejarah Tamansari Yogyakarta | Tempat Wisata Taman Sari Keraton Yogyakarta-Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta</b> adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta, yang dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan <i><b>"The Fragrant Garden"</b></i> ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian <b>Taman Sari</b> yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.<br />
<b>Taman Sari</b> dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan <b>Taman Sari</b> ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan <b>Taman Sari </b>berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-lmfamKixYS4/TuTMontpcrI/AAAAAAAAALE/HpzJALBi2_s/s1600/taman-sari-water-castle.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="http://2.bp.blogspot.com/-lmfamKixYS4/TuTMontpcrI/AAAAAAAAALE/HpzJALBi2_s/s400/taman-sari-water-castle.jpg" width="400" /></a></div>
Kompleks <b>Taman Sari</b> dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-1314863559156661882011-12-09T07:14:00.001-08:002011-12-11T07:41:22.702-08:00Ketoprak Siswo Budoyo | Ketoprak Gaya Baru Pimpinan Ki Siswondo<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span class="Apple-style-span" style="color: #111111; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<h3 class="title" style="clear: both; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 17px; font-weight: 100; line-height: normal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<a href="http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/09/02/SEL/mbm.20020902.SEL80353.id.html#" style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: white;">Ketoprak dengan 'Style'</span></a><span class="Apple-style-span" style="color: white;"> menjadi pelopor Ketoprak Termegah Pertama Kali</span></h3>
<span class="Apple-style-span" style="color: #111111; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px;"><br /></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-jaCykbB0GVc/TuIoBXnzXlI/AAAAAAAAAK0/SqzZR_1iKAk/s1600/siswo+budoyo.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="http://3.bp.blogspot.com/-jaCykbB0GVc/TuIoBXnzXlI/AAAAAAAAAK0/SqzZR_1iKAk/s320/siswo+budoyo.JPG" width="320" /></a></div>
<span class="Apple-style-span" style="color: #111111; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px;"><br /></span><br />
UNTUK bersaing dengan bioskop, kita harus meniru bioskop. Itulah barangkali kiat terpenting kejayaan Siswo Budoyo di masa lalu. Pada 1970-an dan 1980-an, bioskop menjadi primadona hiburan masyarakat. Dan ketoprak, seperti wayang orang, tak hanya dipandang "udik", tapi juga hambar dan formal. Ketoprak hanya bisa bertahan jika menerapkan teknik-teknik filmografi. Teknik seperti itulah yang diperkenalkan Ki Siswondo dalam kesenian tradisional ketoprak. Untuk hal yang paling sederhana, misalnya, dialah yang memperkenalkan title dalam pertunjukan ketoprak, menayangkan judul dan nama-nama pemain di layar memakai slide projector. Tak hanya itu. Untuk menyihir penonton, Siswo Budoyo juga menerapkan dekorasi, lampu, sound system, dan penciptaan efek khusus melalui video yang dikemas menjadi teknologi canggih. Efek suara, yang menggunakan rekaman suara alam dan satwa, serta pencahayaan telah dibuat sedemikian rupa untuk menghadirkan suasana dramatis seperti yang dikehendaki: horor, sedih, atau gembira. Gebrakan Siswo Budoyo dengan kreasi begini dilakukan ketika kelompok ketoprak lainnya masih berkutat dengan teknik panggung kuno serta cerita klasik menjemukan. Tidak berlebihan bila pada awal 1980-an Siswo Budoyo memproklamasikan diri sebagai "Ketoprak Gaya Baru". Ki Siswondo juga menghadirkan akrobat dalam panggung. Meminta anak-anak buahnya mempelajari serius pencak silat, dia misalnya bisa menghadirkan teknik perkelahian yang hidup dan tampak sungguhan, bukan adegan tipuan seperti dalam wayang orang kebanyakan. <br />
<a name='more'></a>Barangkali Siswo Budoyo merupakan ketoprak pertama yang menggunakan teknik salto ke belakang, yang benar-benar membutuhkan keterampilan khusus. Endang Wijayanti, mantan primadona Siswo Budoyo dan istri kedua Ki Siswondo, mengaku sering diminta sang pemimpin menemaninya mencari ide dan mengembangkan inovasi. Ia sering diajak ke bioskop untuk menggali cerita baru dan mempelajari kisah sejarah dan pewayangan. "Salah satu keberanian yang pernah dilakonkan Siswo Budoyo adalah mementaskan ketoprak yang diadaptasi dari film bioskop Manusia Ular," kata Endang, "Lakon ini begitu menyedot penonton karena aksi panggungnya dilengkapi properti pendukung seperti tata lampu dan dekorasi yang sangat mahal." Prinsipnya, Siswo Budoyo tahu dan peka terhadap apa yang dibutuhkan penonton. Tak hanya teknik penyajian, cerita yang disajikan Siswo Budoyo pun inovatif. Di saat-saat tertentu, mereka menggelar lakon <i>Tutur Tinular, Pedang Naga Puspa, Saur Sepuh, </i>dan film laga lokal yang sedang ngetop masa itu. Pendek kata, Ki Siswondo ingin, siapa pun yang menyaksikan pementasan Siswo Budoyo akan merasa seperti di dalam gedung bioskop menonton film teknik tinggi. Sayangnya, kreasi dan imajinasi seperti itu kini harus membentur kenyataan sejarah. Hanya dengan di rumah menyaksikan televisi, orang kini bisa menikmati perkelahian yang hidup dan cerita tradisional kolosal serupa, tanpa harus bepergian. Seni panggung, seperti juga bioskop, kini tinggal kenangan tentu juga dengan penuh harapan bisa muncul kembali. <b>Hadriani Pudjiarti, Kukuh S. Wibowo</b>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-3891567870121558242011-12-09T07:04:00.001-08:002011-12-09T07:07:59.409-08:00Seni Budaya Indonesia | Tari Pendet | Seni Tari Pendet Dari Bali<br />
Tari Pendet<br />
<img src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/36/Tari_Pendet.jpg/300px-Tari_Pendet.jpg" /><br />
Penari pendet memegang bokor tempat bunga yang akan ditaburkan.<br />
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).<br />
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.<br />
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.<br />
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.<br />
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-77277738525311555652011-12-09T06:53:00.001-08:002011-12-09T06:59:38.775-08:00Reog Kendang Seni Budaya Khas Tulungagung<span class="Apple-style-span" style="color: #555555; font-family: HelveticaNeue-Light, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"></span><br />
<div class="title" style="display: block; margin-bottom: 0px !important; margin-left: 0px !important; margin-right: 0px !important; margin-top: 0px !important; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0px !important; padding-left: 5px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: relative;">
<h1 style="color: #222222; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; font-size: 22px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 4px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 5px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: left;">
Reog Tulungagung</h1>
</div>
<div class="newsitem_text" style="display: block; padding-bottom: 0px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 0px;">
<div class="img_caption none" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center; width: 330px;">
<img alt="Reog Tulungagung" border="0" class="caption" height="228" src="http://tulungagung.go.id/images/potensi-daerah/kesenian/Reog-Tulungagung.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" title="Reog Tulungagung" width="330" /><div class="img_caption" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #efefef; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; color: #5f5f5f; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; text-align: center; text-shadow: rgb(255, 255, 255) 1px 1px; text-transform: uppercase;">
REOG TULUNGAGUNG</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Reog Tulungagung merupakan gubahan tari rakyat, menggambarkan arak-arakan prajurit Kedhirilaya tatkala mengiringi pengantin “Ratu Kilisuci“ ke Gunung Kelud, untuk menyaksikan dari dekat hasil pekerjaan Jathasura, sudahkah memenuhi persyaratan pasang-girinya atau belum. Dalam gubahan Tari Reog ini barisan prajurit yang berarak diwakili oleh enam orang penari.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Yang ingin dikisahkan dalam tarian tersebut ialah, betapa sulit perjalanan yang harus mereka tempuh, betapa berat beban perbekalan yang mereka bawa, sampai terbungkuk-bungkuk, terseok-seok, menuruni lembah-lembah yang curam, menaiki gunung-gunung, bagaimana mereka mengelilingi kawah seraya melihat melongok-longok ke dalam, kepanikan mereka, ketika “Sang Puteri“ terjatuh masuk kawah, disusul kemudian dengan pelemparan batu dan tanah yang mengurug kawah tersebut, sehingga Jathasura yang terjun menolong “Sang Puteri“ tewas terkubur dalam kawah, akhirnya kegembiraan oleh kemenangan yang mereka capai.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Semua adegan itu mereka lakukan melalui simbol-simbol gerak tari yang ekspresif mempesona, yang banyak menggunakan langkah-langkah kaki yang serempak dalam berbagai variasi, gerakan-gerakan lambung badan, pundak, leher dan kepala, disertai mimik yang serius, sedang kedua tangannya sibuk mengerjakan dhogdhog atau tamtam yang mereka gendong dengan mengikatnya dengan sampur yang menyilang melalui pundak kanan. Tangan kiri menahan dhogdhog, tangan kanannya memukul-mukul dhogdhog tersebut membuat irama yang dikehendaki, meningkahi gerak tari dalam tempo kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat. Demikian kaya simbol-simbol yang mereka ungkapkan lewat tari mereka yang penuh dengan ragam variasi, dalam iringan gamelan yang monoton magis, dengan lengkingan selompretnya yang membawakan melodi terus-menerus tanpa putus, benar-benar memukau penonton, seakan-akan berada di bawah hipnose.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-NxcVXEyRfOQ/TuIiDEFCDvI/AAAAAAAAAKs/SA7rfZsn8Wc/s1600/reog-tulungagung4.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-NxcVXEyRfOQ/TuIiDEFCDvI/AAAAAAAAAKs/SA7rfZsn8Wc/s1600/reog-tulungagung4.jpg" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Busana penari adalah busana keprajuritan menurut fantasi mereka dari unit reog yang bersangkutan. Di Tulungagung dan sekitar, bahkan sampai di luar daerah Kabupaten Tulungagung, sekarang sudah banyak bersebaran unit-unit reog sejenis, dan mereka memiliki seleranya masing-masing dalam memilih warna. Unit-unit yang terdiri dari golongan muda usia, biasanya memilih warna yang menyala, merah misalnya.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Sebuah unit reog dari desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Kabupaten Tulungagung, beranggotakan orang-orang dewasa, bahkan tua-tua. Mungkin karena kedewasaannya itu mereka sengaja memilih warna hitam sebagai latar dasar busananya, sedang atribut-atributnya berwarna cerah. Busana itu terdiri atas:</div>
<ol style="list-style-image: initial; list-style-position: inside; list-style-type: decimal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">Baju berlengan panjang, bagian belakang kowakan untuk keris. Sepanjang lengan baju diberi berseret merah atau kuning, juga di pergelangan.</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">Celana hitam, sempit, sampai di bawah lutut. Di samping juga diberi berseret merah memanjang dari atas ke bawah.</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">Kain batik panjang melilit di pinggang, bagian depan menjulai ke bawah. Sebagai ikat pinggang digunakan setagen, kemudian dihias dengan sampur berwarna.</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">Ikat kepala berwarna hitam juga, diberi iker-iker (pinggiran topi) tetapi berbentuk silinder panjang bergaris tengah 3 cm, dililitkan melingkari kepala. Warnanya merah dan putih.</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">Atribut-atribut yang dipakai:<ul style="list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 10px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">kacamata gelap atau terang;</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">sumping di telinga kanan dan kiri;</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">epolet di atas pundak, dengan diberi hiasan rumbai-rumbai dari benang perak;</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">sampur untuk selendang guna menggendong dhogdhog;</li>
<li style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-image: none; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; list-style-image: none; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 5px;">kaos kaki panjang.</li>
</ul>
</li>
</ol>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Busana yang dikenakan oleh unit reog dari golongan muda usia, tidak jauh berbeda, hanya warna mereka pilih yang menyala, disamping hiasan-hiasan lain yang dianggap perlu untuk “memperindah“ penampilan, misalnya rumbai-rumbai yang dipasang melingkar pada iker-iker. Dalam pada itu pada kaki kiri dipasang gongseng, yaitu gelang kaki yang bergiring-giring. Tentang gamelan yang mengiringi dapat dituturkan sebagai berikut. Keenam instrumen dhogdhog, sebangsa kendhang atau ketipung, tetapi kulitnya hanya sebelah, yang ditabuh oleh penarinya sendiri, terbagi menurut fungsinya: dhogdhog kerep, dhogdhog arang, timbang-timbangan atau imbalan, keplak, trentheng dan sebuah lagi dipukul dengan tongkat kecil disebut trunthong. Di luar formasi ini ditambah dengan tiga orang pemain tambahan sebagai pemukul kenong, pemukul kempul, dan peniup selompret. Kenong dan kempul secara bergantian menciptakan kejelasan ritma, dan selompret membuat melodi lagu-lagu yang memperjelas pergantian-pergantian ragam gerak.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Berbeda dengan Reog Tulunggung yang ada di desa Gendhingan, pada reog sejenis di desa Ngulanwentah, Kabupaten Trenggalek, si penabuh kenong tidak mengambil tempat kumpul bersama kedua rekannya penabuh, melainkan ikut di arena, walaupun tidak menari, hanya mondar-mandir, atau berjalan keliling, atau menyelinap di antara keenam penrinya, sembari memukul kenong yang diayunkan ke depan dan ke belakang. Ia pun mengenakan busana serupa dengan busana penari, hanya dengan warna lain, dan tanpa iker-iker pada ikat kepalanya.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Lagu-lagu pengiringnya dipilih yang populer di kalangan rakyat, misalnya Gandariya, Angleng, Loro-loro, Pring-Padhapring, Ijo-ijo, dan lain-lain. Terdapat kecenderungan pada reog angkatan tua, (khususnya yang ada di desa Gendhingan), untuk menggunakan irama lambat dan penuh perasaan, yang oleh angkatan mudanya agaknya kurang disukai. Mereka, angkatan muda ini, lebih senang menggunakan irama yang “hot”, sesuai dengan gejolak jiwanya yang “dinamik”. Dalam hal ini AM Munardi menuliskan tanggapannya sebagai berikut:</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Legendanya tarian itu mengiring temanten. Memang peristiwa ritual kita pada masa lampau tidak terlepas dari existensi tari. Sampai sekarang Reog Kendhang (= Reog Tulungagung, S.Tm.) juga sering ditampilkan orang dalam kerangka pesta perkawinan atau khitanan.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Dalam perkembangan akhir-akhir ini kemudian dipertunjukkan dalam pawai-pawai besar untuk memeriahkan hari-hari besar nasional. Untuk kepentingan yang akhir inilah kemudian orang membuat penampilan tari Reog Kendhang identik dengan “drum-band”. Maka gerak-gerik yang semula dirasa refined dan halus, cenderung dibuat lebih keras dan cepat. Derap-derap genderang ditirukan dengan pukulan-pukulan dhogdhog. Terompet bambu-kayu semacam sroten itu pun ditiup dengan lagu-lagu baru. Akibatnya musik diatonis itu pun dipaksakan dalam nada-nada pelog pentatonis.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Dalam timbre yang tak mungkin berkualitas sebuah drum-band modern, maka cara seperti itu menjadi berkesan dangkal. Pada suatu kesempatan menonton pertunjukan Reog Kendhang di Desa Gendhingan, Kecamatan Kedhungwaru, Tulungagung, maka terasa benarlah bahwa proses penampilan Reog Kendhang yang pada umumnya dipopulerkan oleh para remaja itu cenderung menuju pendangkalan.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Penampilan oleh para penari golongan tua di desa tersebut terasa benar bobotnya. Geraknya yang serba tidak tergesa-gesa lebih memperjelas pola tari yang sesungguhnya cukup <em>refined</em>. Kekayaan pola lantainya terasa benar menyatu dengan lingkungan.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Memperbandingkan Reog Kendhang di Gendhingan ini dengan Reog Kendhang para remaja pada umumnya menjadi semakin jelas adanya keinginan untuk tampilnya garapan-garapan baru, tetapi tidak dimulai dengan pendasaran yang kokoh. Ya, kadang-kadang orang terlalu cepat mengidentikkan arti “dinamika” dengan gerak yang serba keras dan cepat.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
<br /></div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-58383069988065254092011-12-09T06:47:00.001-08:002011-12-09T06:49:05.933-08:00Ketrung Tidak Hanya Tontonan tapi juga Tuntunan<span class="Apple-style-span" style="color: #555555; font-family: HelveticaNeue-Light, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"></span><br />
<div class="title" style="display: block; margin-bottom: 0px !important; margin-left: 0px !important; margin-right: 0px !important; margin-top: 0px !important; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0px !important; padding-left: 5px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: relative;">
<h1 style="color: #222222; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; font-size: 22px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 4px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 5px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: left;">
Kentrung</h1>
</div>
<div class="newsitem_text" style="display: block; padding-bottom: 0px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 0px;">
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; text-align: center;">
</div>
<div class="img_caption none" style="float: none; text-align: center; width: 330px;">
<img alt="Kentrung" border="0" class="caption" height="228" src="http://tulungagung.go.id/images/potensi-daerah/kesenian/Kentrung.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" title="Kentrung" width="330" /><br />
<div class="img_caption" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #efefef; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; color: #5f5f5f; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; text-align: center; text-shadow: rgb(255, 255, 255) 1px 1px; text-transform: uppercase;">
KENTRUNG</div>
</div>
<br />
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Banyak di antara kita yang tidak lagi mengenal Kentrung, salah satu kesenian yang dimainkan oleh sebuah grup dengan seperangkat alat musik yang terdiri dari kendang, ketipung dan jidor. Kentrung adalah salah satu kesenian bertutur, seperti layaknya wayang kulit. Hanya saja Kentrung tidak disertai adegan wayang. Sepanjang pementasanya Kentrung hanya diisi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan ditemani oleh<em>penyenggak </em>yang menabuh rebana (jidor). Dulu Kentrung banyak dipentaskan pada berbagai hajatan masyarakat seperti syukuran kelahiran anak, khitanan, <em>pitonan,</em> maupun <em>mudun lemah.</em></div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Kentrung sarat akan nilai-nilai dakwah. Materi <em>lakon-</em>nya pada umumnya menceritakan tentang ketauladanan zaman Khalifah Empat, Wali Songo dan zaman Mataram Islam. Ada juga yang terkait dengan sejarah di Pulau Jawa yang banyak dipengaruhi oleh Hindu dan Budha. Di antara lakon-lakonnya yang populer adalah <em>Nabi yusuf, Syeh Subakir, Amad Muhammad, Kiai Dullah, Amir Magang, Sabar-Subur, Marmaya Ngentrung, Sunan Kalijaga, Ajisaka </em>dan<em>Babad Tanah Jawa.</em> Selain itu kerap juga membabarkan mengenai nilai-nilai tasawuf dengan mengupas berbagai topik seperti P<em>urwaning Dumadi, Keutaman, Kasampurnan Urip, </em>dan S<em>angkan Paraning Dumadi. </em>Kentrung juga sarat dengan pesan-pesan moral yang tercermin pada tembang-tembang Kentrung, diantaranya <em>Kembang-Kembangan</em>; <em>Kembang Terong Abang Biru Moblong-Moblong, </em>dan <em>Sak Iki Wis Bebas Ngomong, Ojo Clemang-Clemong</em> (bunga terong berwarna merah biru mencorong, sekarang ini sudah bebas berbicara, tetapi jangan celometan).<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Prof. Dr. Suripan Sudi Hutomo dalam bukunya <em>Kentrung </em>mengatakan kesenian ini berkembang pada abad XVI di Kediri, Blitar, Tulungagung, Tuban dan Ponorogo. Versi awal kesenian ini cukup beragam. Ada yang menyebut Kentrung sebagai kesenian asli bangsa Indonesia. Namun versi lain mengatakan Kentrung berasal dari jazirah Arab, Persia, dan India. Yang pasti, sebagai sarana dakwah, pada masa kejayaannya Kentrung diminati masyarakat. Kentrung mencapai zaman keemasannya pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama dua dasawarsa itu hampir seluruh masyarakat yang berpesta mengudang Kentrung. Di awal 90-an, ketika televisi makin murah dan layar tancap menawarkan altenatif hiburan yang praktis, Kentrung mulai terseok.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Dari catatan Seksi Kebudayaan Diknas Tulungagung pada tahun 70-an hampir setiap desa di Tulungagung memiliki kelompok Kentrung. Namun saat ini hanya tinggal 1 saja yang masih bertahan. Diknas Tulungagung pernah menyarankan agar kelompok-kelompok Kentrung tidak terpaku pada pakem, tapi menampilkan inovasi baru. Misal, mencampur dengan teknik penampilan kesenian lain, kalau perlu mengambil metode campursari. Lenyapnya apresiasi masyarakat, dan menyusutnya komunitas seniman Kentrung, juga mengakibatkan tidak terjadinya regenerasi dan pewarisan. Serbuan kesenian modern seperti layar tancap, dangdut, atau memutar VCD menjadi penyebab utama hilangnya Kentrung di tengah masyarakat. Kentrung tidak sendiri. Kesenian tradisional lainnya; Ketoprak, Ludruk, Langen Tayub, Jaranan, dan Jathilan, juga mengalami nasib serupa. Namun khusus untuk Kentrung, jalan menuju kematiannya lebih disebabkan oleh sikap masyarakatnya yang lebih suka menjadikan kesenian sebagai <strong>tontonan</strong>, bukan <strong>tuntunan</strong>. Jadi, tidak aneh jika perilaku masyarakat sekarang juga berubah karena kesenian tidak lagi berisi tuntunan-tuntunan.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Meskipun sekarang ini Kentrung mulai meredup, beberapa seniman muda mulai menggeluti Kentrung dengan mengembangkan inovasi-inovasi baru seperti menggabungkanya dengan lawakan dan ludruk. Suatu usaha dari seniman muda yang patut mendapat dukungan dan apresiasi dalam melestarikan Kentrung.</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-18995792698042041882011-12-09T06:40:00.001-08:002011-12-09T06:46:08.342-08:00Tayub (Lelangen Beksa) Tulungsgung<span class="Apple-style-span" style="color: #555555; font-family: HelveticaNeue-Light, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"></span><br />
<div class="title" style="display: block; margin-bottom: 0px !important; margin-left: 0px !important; margin-right: 0px !important; margin-top: 0px !important; overflow-x: hidden; overflow-y: hidden; padding-bottom: 0px !important; padding-left: 5px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: relative;">
<h1 style="color: #222222; font-family: Tahoma, Geneva, sans-serif; font-size: 22px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 4px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 5px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: left;">
Tayub (Lelangen Beksa)</h1>
</div>
<div class="newsitem_text" style="display: block; padding-bottom: 0px; padding-left: 3px; padding-right: 3px; padding-top: 0px;">
<div class="img_caption none" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center; width: 330px;">
<img alt="Tayub (Lelangen Beksa)" border="0" class="caption" src="http://tulungagung.go.id/images/potensi-daerah/kesenian/Tayub-(Lelangen-Beksa).jpg" style="border-bottom-style: none; border-bottom-width: 0pt; border-color: initial; border-color: initial; border-left-style: none; border-left-width: 0pt; border-right-style: none; border-right-width: 0pt; border-style: initial; border-top-style: none; border-top-width: 0pt; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" title="Tayub (Lelangen Beksa)" /><div class="img_caption" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: #efefef; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-left-color: rgb(204, 204, 204); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; border-right-color: rgb(204, 204, 204); border-right-style: solid; border-right-width: 1px; border-top-color: rgb(204, 204, 204); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; color: #5f5f5f; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; text-align: center; text-shadow: rgb(255, 255, 255) 1px 1px; text-transform: uppercase;">
TAYUB (LELANGEN BEKSA)</div>
</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em; text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Anggapan Tayub sebagai tarian mesum merupakan penilaian yang keliru. Sebab, tidak seluruh Tayub identik dengan hal-hal yang negatif. Dalam Tayub, ada kandungan nilai-nilai positif yang <em>adiluhung</em>. Selain itu, Tayub juga menjadi simbol yang kaya makna tentang pemahaman kehidupan dan punya bobot filosofis tentang jati diri manusia.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Kesan Tayub sebagai tarian mesum muncul pada abad 19. Pada 1817, GG Rafles dari Inggris, dalam bukunya berjudul ''History of Java'', menulis Tayub sebagai tarian ronggeng mirip pelacuran terselubung. Kesan sama juga dituliskan oleh peneliti asal Belanda, G Geertz dalam bukunya ''The Religion of Java''.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Tapi, menurut koreografer Tayub Wonogiren, S Poedjosiswoyo BA, orang Jawa akan protes bila kesan Rafles dan Gertz itu diterima secara utuh. Sebab, kata dia, kesan mesum yang diberikan pada Tayub hakikatnya terbatas pada pandangan sepintas yang baru melihat kulitnya saja, tanpa mau mengenali isi maupun kandungan nilai filosofisnya.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Dalam buku ''Bauwarna Adat Tata Cara Jawa'' karangan Drs R Harmanto Bratasiswara disebutkan, Tayuban adalah tari yang dilakukan oleh wanita dan pria berpasang-pasangan. Keberadaan Tayub berpangkal pada cerita kadewatan (para dewa-dewi), yaitu ketika dewa-dewi mataya (menari berjajar-jajar) dengan gerak yang guyub (serasi).</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Menurut Poedjosiswoyo, berdasarkan sejarahnya, Tayub lahir sebagai tarian rakyat pada abad Ke XI. Waktu itu, Raja Kediri berkenan mengangkatnya ke dalam puri keraton dan membakukannya sebagai tari penyambutan tamu keraton. Betapa Tayub memiliki kandungan nilai adiluhung, kiranya dapat disimak dari tulisan dalam buku ''Gending dan Tembang'' yang diterbitkan Yayasan Paku Buwono X.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Dalam buku itu disebutkan, Tayub telah dipakai untuk penobatan Prabu Suryowiseso sebagai Raja Jenggala, Jawa Timur, pada abad XII. Keraton Jenggala kemudian kemudian membakukan Tayub sebagai tari adat kerajaan, yang mewajibkan permaisuri raja menari <em>ngigel</em> (goyang) di pringgitan untuk menjemput kedatangan raja.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Xcp1xNrX2lI/TuIe9RVIefI/AAAAAAAAAKk/3yzq1A0mngo/s1600/tayub.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="269" src="http://4.bp.blogspot.com/-Xcp1xNrX2lI/TuIe9RVIefI/AAAAAAAAAKk/3yzq1A0mngo/s320/tayub.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
<strong>Nilai Agamis</strong></div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Tayub juga diyakini memiliki kandungan nilai agamis. Hal itu terjadi pada abad XV, ketika Tayub digunakan sebagai media syiar agama Islam di pesisir utara Jawa oleh tokoh agama Abdul Guyer Bilahi, yang selalu mengawali pagelaran ayub dengan dzikir untuk mengagungkan asma Allah.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Budaya kejawen penganut paham tasawuf menilai Tayub kaya kandungan filosofis akan gambaran jati diri manusia lengkap dengan anasir keempat nafsunya. Dalam tarian itu selalu ada penari pria yang menjadi tokoh sentral, sebagai visualisasi keberadaan Mulhimah. Kemudian dilengkapi dengan empat penari pria pendamping, yang disebut sebagai pelarih, sebagai penggambaran anasir empat nafsu manusia, terdiri atas aluamah (hitam), amarah (merah), sufiah (kuning) dan mutmainah (putih).</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Selain itu, pemeran penari <em>tledhek </em>wanita sebagai penggambaran dari cita-cita keselarasan hidup yang diidamkan manusia. ''Yang inti kesimpulannya, untuk meraih cita-cita, harus terlebih dahulu mampu mengendalikan anasir empat nafsu. Yang ini identik dengan pakem wayang lakon Harjuno Wiwoho-Dewi Suprobo,'' kata Poedjosiswoyo.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Di Tulungagung, Tayub juga dikenal sebagai Lelangen Beksa. Kesenian ini berpotensi sebagai sarana pergaulan yang merakyat dan aktual. Hampir di setiap bulan "baik", Lelangen Beksa digelar untuk acara hajatan di daerah pinggiran Tulungagung.</div>
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-38627476782875868562011-12-09T06:14:00.001-08:002011-12-09T06:31:28.881-08:00Jamasan Tombak Kyai Upas | Tombak Kyai Upas | Pusaka Kabupaten Tulungagung<span class="Apple-style-span" style="color: #555555; font-family: HelveticaNeue-Light, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px;"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-ff_RsQRubCE/TuIbHRX6VPI/AAAAAAAAAKQ/bjQckIFkV4Q/s1600/Jamasan-Tombak-Kyai-Upas2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-ff_RsQRubCE/TuIbHRX6VPI/AAAAAAAAAKQ/bjQckIFkV4Q/s1600/Jamasan-Tombak-Kyai-Upas2.jpg" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
<b>Jamasan Tombak Kyai Upas | Tombak Kyai Upas | Pusaka Kabupaten Tulungagung-</b>Tombak Kyai Upas adalah pusaka Kabupaten Tulungagung. Sebagaimana ditulis dalam buku Sejarah Babad Tulungagung, menurut latar belakang budayanya atau cerita rakyat dari versi keluarga Raden Mas Pringgo Kusumo Bupati Tulungagung yang ke X. Konon, pada akhir pemerintahan Mojopahit banyak keluarga Raja yang membuang gelarnya sebagai bangsawan, dan melarikan diri ke Bali, Jawa Tengah dan Jawa Barat.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Salah seorang kerabat Raja bernama Wonoboyo melarikan diri ke Jawa Tengah dan babat hutan disekitar wilayah Mataram dekat Rawa Pening-Ambarawa. Setelah membabat hutan Wonoboyo bergelar Ki Wonoboya. Selanjutnya hutan yang dibabad itu dikemudian hari menjadi suatu pedukuhan yang sangat ramai. Dan sesuai dengan nama putranya, oleh Ki Wonoboyo dukuh itu dinamakan Dukuh Mangir.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Pada suatu hari, Ki Wonoboyo mengadakan selamatan bersih desa. Banyak para muda-mudi yang datang membantu. Namun ada salah satu diantara pemudi yang lupa tidak membawa pisau, dan terpaksa meminjam kepada Ki Wonoboyo. Ki Wonoboyo tidak keberatan, gadis itu dipinjami sebuah pisau namun ada pantangannya, yakni jangan sekali-kali pisau itu ditaruh dipangkuannya. Tetapi gadis itu lupa. Pada saat ia sedang beristirahat, pisau itu ditaruh dipangkuannya. Namun tiba-tiba pisau itu lenyap. Dengan hilangnya pisau tersebut sang gadis itu hamil. Ia menangis, dan menceritakan persoalannya kepada Ki Wonoboyo. Alangkah prihatinnya Ki Wonoboyo. Yang selanjutnya beliau bertapa dipuncak Gunung Merapi.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Vl8spkHmJvQ/TuIYit5wuiI/AAAAAAAAAKA/Zhxyqx73Xqk/s1600/Jamasan-Tombak-Kyai-Upas.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="220" src="http://4.bp.blogspot.com/-Vl8spkHmJvQ/TuIYit5wuiI/AAAAAAAAAKA/Zhxyqx73Xqk/s320/Jamasan-Tombak-Kyai-Upas.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Ketika telah datang saatnya melahirkan, betapa lebih terkejutnya sang ibu, karena bukannya jabang bayi yang dilahirkan-melainkan seekor ular naga. Namun bagaimanapun keadaannya ia tetap anak bagi seorang ibu. Dan ular Naga itu diberi nama Baru Klinting, yang berikutnya dibesarkan di Rawa Pening. Baru Klinting punya jiwa dan bahkan bisa berbicara seperti layaknya manusia. Setelah dewasa, kepada ibunya ia bertanya tentang siapa dan dimana ayahnya. Dijawablah oleh sang ibu, jika ayahnya adalah Ki Wonoboyo dan saat ini sedang melakukan tapa di puncak Gunung Merapi.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Atas ijin ibu, berangkatlah Sang Naga mencari ayahnya. Namun setelah sampai ketempat tujuan, alangkah kecewanya Baru Klinting. Karena bukannya pengakuan Ki Wonoboyo sebagai ayah, tetapi sebuah cacian “Tak mungkin Wonoboyo mempunyai anak seekor ular“. Baru Klinting tetap bersikukuh, maka Ki Wonoboyo mengajukan sebuah tuntutan: lingkarilah puncak merapi.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Karena untuk mendapatkan pengakuan diri sebagai anak Ki Wonoboyo, diturutinyalah permintaan ayahnya. Ketika kurang sedikit, Baru Klinting menjulurkan lidah untuk menyambung antara kepala dan ujung ekornya, tiba-tiba Ki Wonoboyo memotong lidah itu. Berubahlah lidah ular raksasa itu menjadi sebilah mata tombak. Yang akhirnya Baru Klinting melarikan diri dan dikejar oleh Wonoboyo. Baru Klinting, selanjutnya menceburkan diri ke laut selatan dan berubah wujud menjadi sebatang kayu. Diambilnya kayu itu oleh Wonoboyo dan dipergunakan sebagai “landean“ atau batang tombak, dan tombak itu diberinya nama Kyai Upas.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Sepeninggalan Ki Wonoboyo akhirnya tombak itu dimiliki oleh putranya yang bernama Mangir. Dan dengan tombak pusaka Kyai Upas, Mangir bergelar nama “Ki Ajar Mangir“. Kini Mangir menjadi sakti. Desanya menjadi ramai, dan memutuskan untuk tidak mau tunduk dengan Mataram. Memisahkan diri, tidak mau terikat oleh kekuasaan Raja. Dengan sikap Mangir yang seperti itu, pihak Keraton cemas. Tak mungkin Mangir ditundukkan dengan cara kekerasan. Mangir sakti karena pusakanya. Akhirnya, terambil kesimpulan oleh Raja Mataram utuk mengirim telik sandi yang berpura-pura “mbarang jantur“ menyelidiki kelemahan Ki Ajar Mangir.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Putra-putri Raja dikorbankan untuk menjadi “Waranggono“ dan masuk ke Dukuh Mangir. Tak sia-sia, Ki Ajar Mangir kena jebak. Setelah putra mendiang Ki Wonoboyo itu mengetahui orang yang mbarang jantur, dengan waranggononya yang canik-cantik dirinya terpikat dan berujung pada niatnya untuk memperistri. Terjadilah perkawinan antara Ki Ajar Mangir dengan Putri Raja.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Lama ia berumah tangga, hingga pada suatu hari Sang Putri mengatakan pada suaminya, jika sebenarnya dirinya adalah Putri Raja. Kata Putri, meskipun Raja Mataram adalah musuh dari pada Ki Ajar Mangir, tetapi mengingat bahwa ia sekarang sudah menjadi menantunya, apakah tidak sebaiknya jika putra menantu mau menghadap untuk menghaturkan sembah bekti. Jika Ki Ajar Mangir memang dianggap bersalah, maka sang Putri bersedia memintakan maaf. Karena didesak oleh sang istri, akhirnya dengan tombak Kyai Upas juga berangkatlah mereka ke Keraton untuk sungkem pada orang tua.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Namun karena tujuan pokok kedatangannya ke Mataram untuk menghaturkan sembah bekti menantu kepada orang tua, maka para penjaga pintu gerbang-melarang Kyai Upas dibawa masuk ke Keraton.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Ketika Ki Ajar Mangir sedang menghaturkan sungkem, kepalanya dipegang oleh mertuanya dan dibenturkan pada tempat duduk yang terbuat dari batu Pualam, sehingga Ki Ajar Mangir tewas seketika itu juga. Selanjutnya Mangir dimakamkan dalam posisi badan-separo didalam tembok dan separo diluar tembok Keraton. Dan itu menandakan, meskipun musuh-tetapi Ki Ajar Mangir juga anak menantu.</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Sepeninggalan mendiang Ki Ajar Mangir itu, Mataram terserang pagebluk dan itu sebabkan oleh Tombak Kyai Upas. Adapun berikutnya, yang kuat berketempatan tombak Pusaka itu adalah keturunan Raja Mataram yang mejadi Bupati di Kabupaten Ngrowo (Tulungagung).</div>
<div style="margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.5em;">
Menurut cerita kursi yang terbuat dari batu Pualam yang dipakai untuk membenturkan kepala Mangir sampai sekarang masih ada, ialah di Kota Gede dan dinamakan “Watu Gateng“.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-45487778007513030632011-12-09T05:49:00.001-08:002011-12-09T05:57:04.337-08:00Sekilas Profil Sanggar Tari Kembang Sore<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-AgpmQixsb68/TuISos84oNI/AAAAAAAAAJ4/YK_tkSYpuq4/s1600/Logo+STKS.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-AgpmQixsb68/TuISos84oNI/AAAAAAAAAJ4/YK_tkSYpuq4/s200/Logo+STKS.jpg" width="200" /></a></div>
<h1>
Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Pusat Yogyakarta</h1>
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small; font-weight: normal;">Informasi Umum
Nama:Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia Pusat YogyakartaKategori:Organisasi - Seni PertunjukanKeterangan:Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tari Kreasi Baru Kembang Sore.</span>
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small; font-weight: normal;"><br /></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small; font-weight: normal;">Tujuan:</span>
<span class="Apple-style-span" style="font-size: small; font-weight: normal;">Tari sebagai media Pendidikan Etik, Estetik, Kreatifitas, Filosofis serta aset Budaya Bangsa.</span>
Didirikan oleh Drs.Untung Muljono, M.Hum bersama ketiga rekannya pada tanggal 14 Februari 1984<br />
<br />
<br />
Karya Kembang Sore:<br />
1. 163 tari kreasi Untung Muljono dan Reki Lestari<br />
2. 27 album Kembang Sore<br />
3. 4 keping VCD Kembang Sore dengan 27 tari<br />
4. 16 gendhing dalam 2 album<br />
<br />
Album Tari Terbaru berjudul "TARI SURAMADU" produksi Kusuma Recording.<br />
pimpinan : Drs.Untung Muljono, M.Hum<br />
penata tari : Drs.Untung Muljono, M.Hum<br />
swarawati : Yuliati, Reki, Indhi, Tika<br />
isi album :<br />
1. Tari SURAMADU ( Untung M - Siwi )<br />
2. Tari DELIMA ( Untung M - Dila )<br />
3. Tari TALEDHOK ( Untung M - Yuliati )<br />
4. Tari KENJERAN ( Untung M - Siwi )<br />
5. Tari HOLIYALIYO ( Untung M - Siwi )<br />
6. Tari LALITA ( Untung M - Yuliati )<br />
7. Tari KUTHUK ( Untung M - Uli )<br />
8. Tari TOMBLOK ( Untung M - Didik )<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Adapun Tari Terbaru yang baru saja disampaikan dalam acara rutin kursus kepelatihan di Sangggar TARI KEMBANG SORE Pusat Yogyakarta adalah sebagai berikut:<br />
1. Tari KUTHUK<br />
2. Tari TALEDHOK<br />
3. Tari HOLIYALIYO<br />
<br />
Kembang Sore Indonesia Pusat selalu bersedia menampung segala bentuk kritik dan saran guna kemajuan bersama.<br />
Kembang Sore Indonesia Pusat Terbuka!!!Jenis Privasi:Terbuka: Semua isi dapat dibaca umum.<br />
Informasi Kontak<br />
<br />
Email:stks.pusat@yahoo.com<br />
Kantor:Sorogenen II RT 02 RW 01 Purwomartani, Kalasan<br />
Lokasi:Jl. Solo Km.10, Sleman, Indonesia 55571 Telp. (0274) 497395<br />
<br />
Berita Terkini<br />
<br />
Berita:Album terbaru telah diluncurkan kepasaran.<br />
Semoga dapat diterima seperti album-album sebelumnya.Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-1775818890952951022011-12-09T02:05:00.001-08:002011-12-09T02:08:14.564-08:00ST_Kembang Sore | Pengertian Seni Tari<h1>
Pengertian Seni Tari</h1>
<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span><br />
<b>ST_Kembang Sore | Pengertian Seni Tari</b>-Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.<br />
<br />
Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.<br />
<br />
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.<br />
<br />
Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus<br />
<br />
berupa pergelaran tari,dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tari merupakan salah satu cabang seni, di mana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.<br />
<br />
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat.<br />
<br />
Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untuk mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.<br />
<br />
Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.<br />
Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.<br />
<br />
Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).<br />
<br />
Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).<br />
<br />
Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerakyang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.<br />
<br />
Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di dalam dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis. Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer. Sebagai bentuk latihanlatihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.<br />
<div>
<br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-72148717310959343272011-12-09T01:58:00.001-08:002011-12-09T02:03:40.986-08:00St-Kembang Sore dan Tari | Penciptaan Tari Di Sanggar Tari Kembang Sore | Motivasi Dan Proses Penciptaan Tari<h1>
MOTIVASI DAN PROSES PENCIPTAAN TARI ANAK DI SANGGAR TARI KEMBANG SORE</h1>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-B89YMkTZGI4/TuHXyr6QI2I/AAAAAAAAAJY/jsQWKMJGex4/s1600/Logo+STKS.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-B89YMkTZGI4/TuHXyr6QI2I/AAAAAAAAAJY/jsQWKMJGex4/s1600/Logo+STKS.jpg" /></a></div>
<b>St-Kembang Sore dan Tari | Penciptaan Tari Di Sanggar Tari Kembang Sore | Motivasi Dan Proses Penciptaan Tar</b>i-Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk sajian, mengkaji motivasi pencipta tari anak di balik karya ciptaannya yang bertemakan binatang, dan mengungkapkan proses penciptaan tari produksi Sanggar Tari kembang Sore (STKS). Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta dengan mengambil tempat di sekretariat STKS, pada Mei 2007 sampai dengan Oktober 2007. Subjek penelitian ini adalah sumber-sumber primer yang terdiri atas pencipta tari produksi STKS, pelatih tari STKS, anggota, penata busana tari produksi STKS. Data penelitian diperoleh oleh peneliti sendiri sebagai instrumen utama dengan teknik: observasi, studi dokumentasi, dan wawancara mendalam. Pendekatan penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karya tari produksi STKS yang bertemakan binatang bermula dari gagasan yang berkembang dari imajinasi si pencipta tari untuk memberikan pembelajaran tentang dunia binatang kepada anak-anak usia dini, SD, dan SMP. Di sisi lain untuk memenuhi permintaan para guru tari yang mengikuti pelatihan tari anak untuk memberikan bahan ajar seni tari yang sesuai dengan usia anak TK, SD, dan SMP.<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-mm7auOcAwfA/TuHYew7qs9I/AAAAAAAAAJg/4DE83GqYNMQ/s1600/013-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="215" src="http://2.bp.blogspot.com/-mm7auOcAwfA/TuHYew7qs9I/AAAAAAAAAJg/4DE83GqYNMQ/s320/013-2.jpg" width="320" /></a></div>
Karya tari produksi STKS merupakan suatu karya tari yang dikategorikan kedalam bentuk tari kreasi baru, Untung Mulyono, selaku pencipta tari serta penata iringan, dibantu oleh Reki, Wardaka, Siwi, dan asisten yang terdiri dari siswa PKL di STKS. Proses penciptaan tarinya menggunakan proses kreatif yang meliputi beberapa tahapan yaitu, eksplorasi penjajakan secara langsung pada objek amatan, improvisasi mencoba kemungkinan gerak yang dapat diekspresikan sesuai dengan karakteristik gerak anak usia dini, SD, dan SMP. Evaluasi pemilahan atas gerak-gerak yang ditemukan disesuaikan dengan tema tarinya. Rangkaian gerak hasil ciptaan STKS tersusun menjadi 3 bagian, yaitu gerak awal yang rangkaian geraknya dilakukan dengan level sedang, gerak duduk yang rangkaian geraknya dilakukan sambil duduk (level rendah), dan gerak pasca duduk rangkaian geraknya dilakukan dengan level sedang. Semua bagian terangkai menjadi satu kesatuan yang harmonis, dengan pengulangan gerak, ritme, yang terwujud untuk memberikan variasi dan kejelasan desain atas yang di bentuk dari beberapa posisi gerak. Dinamika geraknya selaras dengan ketukan/tekanan musik iringannya yang juga ditata dan dikendangi sendiri oleh Untung Mulyono. Orang yang mendengarkan alunan tabuhan iringan tarinya sepintas mempunyai kesan rasa Jawa Timuran. Dinamika gerak tarinya berpadu dengan dinamika kendang yang ditabuh oleh penciptanya sendiri, memberikan rasa dinamis dan ritmis. Setiap gerakan tari yang diciptakannya selalu diikuti dengan kode dari kendang, dengan maksud agar mudah mempelajarinya. Busana tarinya didesain oleh Siwi dan Reki dengan pertimbangan tidak mengganggu gerak, dan pemilihan warna busana cerah yang disukai oleh anak-anak. Kata kunci: motivasi, proses penciptaan tari, sanggar tari FBS, 2007 (PEND. SENI TARI)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-11174324811889630412011-12-09T01:56:00.001-08:002011-12-09T01:58:15.155-08:00PANCASATYA<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-B89YMkTZGI4/TuHXyr6QI2I/AAAAAAAAAJY/jsQWKMJGex4/s1600/Logo+STKS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-B89YMkTZGI4/TuHXyr6QI2I/AAAAAAAAAJY/jsQWKMJGex4/s320/Logo+STKS.jpg" width="320" /></a></div>
PANCASATYA WARGA<br />
SANGGAR TARI KEMBANG SORE<br />
<br />
<br />
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa<br />
<br />
Berjiwa Pancasila serta menjunjung tinggi budaya bangsa<br />
<br />
Supel dalam mengimbangi perkembangan kebudayaan serta menjunjung tinggi etika seni<br />
<br />
Sopan dalam bertindak<br />
<br />
Setia kawan dalam usaha pendalaman seniUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-41252666786455126132011-12-09T01:52:00.001-08:002011-12-09T01:56:06.604-08:00Tembi Rumah Budaya Sambut kedatangan ST_Kembangsore<h1>
Koleksi Karya Kembang sore mengisi Bale Dokumentasi Tembi Rumah Budaya</h1>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-jQ4_KvtE9Ig/TuHbEl5r_VI/AAAAAAAAAJw/i8qYkOS3YTY/s1600/babe.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://4.bp.blogspot.com/-jQ4_KvtE9Ig/TuHbEl5r_VI/AAAAAAAAAJw/i8qYkOS3YTY/s320/babe.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Sebagai kelanjutan kerjasama dan hubungan yang baik antara Sanggar Tari Kembang Sore dengan Tembi Rumah Budaya, pada hari Sabtu 3 April 2010 lalu diserahkan koleksi karya Sanggar Tari Kembang Sore berupa 26 kaset audio dan 12 VCD Tari Kreasi Baru untuk mengisi Bale dokumentasi yang ada di Tembi Rumah Budaya. Serah terima koleksi ini dilaksanakan secara sederhana di lobby ruang marketing. Penyerahan ini dilakukan oleh Penanggungjawab Sanggar Tari Kembang Sore Indonesia, Bpk. Drs. Untung Muljono, M.Hum dan diterima langsung oleh Bpk. Sugihandono Kurniawan selaku Manager Marketing Tembi Rumah Budaya.<br />
<br />
Koleksi karya Sanggar Tari Kembang Sore sampai saat ini berjumlah 157 Tari kreasi dalam 26 album, 12 VCD Tari kreasi dengan 27 tari dan 16 Gendhing dalam 2 album, yang kesemuanya merupakan kreasi Untung Muljono dan Reki Lestari.<br />
<br />
Sesuai Visi Tembi Rumah Budaya yang mendukung produk seni budaya berkualitas sebagai manifestasi dari usaha penciptaan, maka karya-karya dari Kembang Sore sangat layak dan diterima dengan senang hati dan diharapkan akan terbangun jaringan komunikasi budaya dengan masyarakat dunia.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-42265634970246851772011-12-09T01:46:00.001-08:002011-12-11T09:18:06.321-08:00Profil Drs. Untung Mulyono, M. Hum | Tentang Untung Muljono | STKS & Drs Untung Muljono, M. Hum<h1>
Siapakah Untung Muljono</h1>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-YetE2brBXZA/TuHXiBV8OjI/AAAAAAAAAJI/dfeTcM1-I_c/s1600/002-Copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-YetE2brBXZA/TuHXiBV8OjI/AAAAAAAAAJI/dfeTcM1-I_c/s320/002-Copy.jpg" width="215" /></a></div>
<b>Profil Drs. Untung Mulyono, M. Hum | Tentang Untung Muljono | STKS & Drs Untung Muljono, M. Hum</b> -Drs. Untung Muljono, M.Hum. adalah putra dari pasangan Karsowiryo dan Mustini yang lahir pada tanggal 19 Februari 1957 di desa Batangsaren, Kecamatan Kauman Kalangbret, Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Ia putra ke-5 dari 8 bersaudara keluarga Wiryo. Ketika jaman Belanda, orang tuanya cukup dikenal sebagai seorang seniman ketoprak di wilayah Tulungagung. Namun karena perjuangannya di bidang ekonomi cukup berat, mengakibatkan ciita-cita itu kandas. Untung Muljono yang dimasa kecilnya selalu dihimpit dengan suasana keprihatinan, ternyata mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi. Awalnya ia belajar seni secara otodidak dari warisan keluarga seni. Kemudian ketika di bangku SMP ia belajar menari dengan seorang guru tari dari Yogyakarta yaitu Bapak Madyo bersama teman-temannya. Setelah sang guru akhirnya harus kembali ke Yogyakarta, ternyata Untung mulai tumbuh kedewasaan seninya, mulai menggantikan sang guru melatih teman-temannya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Saat itu Untung Muljono sudah mulai nampak karier seninya karena selama ia belajar di bangku SMP sudah mulai berani berimprovisasi berkarya dalam bidang tari dan juga sekaligus sebagai penata musik tarinya. Hal inilah yang perlu menjadikan catatan dan perlu diteladani karena bermodalkan kemauan ternyata sekarang ini menjadi sesuatu yang tak ternilai harganya. Ibu Suhartiyah selalu memberikan keleluasaan anaknya Untung untuk berkarya. Sampai ia duduk di bangku SPG semakin mantap jiwa seninya, dan akhirnya ia memastikan harus menimba ilmu kesenimanannya ke ASTI Yogyakarta sampai beliau memperoleh gelar seniman tari S1 dan Master seninya di UGM Yogyakarta.<br />
<br />
Untuk lebih jelasnya latar belakang pendidikan Untung Muljono adalah sebagai berikut:<br />
<br />
1. 1971 Tamat dari SD Negeri Batangsaren<br />
2. 1974 Tamat dari SMP Siswa Utama Kalangbret<br />
3. 1977 Tamat dari SPG Negeri Kalangbret<br />
4. 1981 Tamat Sarjana Muda Asti Yogyakarta<br />
5. 1985 Tamat S1 ISI Yogyakarta<br />
6. 2003 Tamat S2 UGM Yogyakarta<br />
<br />
Melihat kenyataannya dari tahun kelulusan dan prestasi karya seninya, jelas bahwa Untung Muljono memang memiliki jiwa seni dan merupakan bakat dari kecil karena beliau sudah berkarya sebelum beliau melanjutkan ke sekolah seni bahkan karya besar beliau tentang kisah Kembang Sore dan menjadi nama sanggar ini dicipta sebelum beliau mengenyam pendidikan seni.<br />
<br />
Dan kiranya sangatlah tepat jika nama Kembang Sore digunakan sebagai nama sanggar seni ini. Melihat dari nilainya, jelas Kembang Sore memiliki arti suatu keindahan yang akan tercantum pada waktu sore hari, tetapi tinjauan lain seperti harafiah, legenda dan sejarah tentu memiliki arti tersendiri.<br />
<br />
a. Tinjauan harafiah: Kembang Sore adalah bunga di sore hari, maksudnya keindahan di sore hari, atau dimainkan paling bagus di sore hari.<br />
<br />
b. Tinjauan legenda: Kembang Sore adalah legenda yang berakar dari nama tokoh dimana tokoh ini atau cerita ini oleh masyarakat Tulungagung (Jawa Timur) cukup memiliki bobot dan bibit berdirinya kota Tulungagung.<br />
c. Tinjauan sejarah: cerita Kembang Sore sangat mengkait dengan kisah seorang Ibu bernama Suhartiyah yang kebetulan menjadi penasehat Sanggar Tari Kembang Sore.<br />
<br />
Inilah sekilas sosok Babe kita Untung Muljono yang sangat sederhana dan selalu mengisi kehidupannya dengan seni bersama keluarga dan sanggar seninya yaitu Sanggar Tari Kembang Sore.Unknownnoreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-8184382985228356449.post-45041146929866260282011-12-09T01:28:00.001-08:002011-12-09T01:45:22.167-08:00Sejarah Sanggar Tari Kembang Sore<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-YetE2brBXZA/TuHXiBV8OjI/AAAAAAAAAJI/dfeTcM1-I_c/s1600/002-Copy.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-YetE2brBXZA/TuHXiBV8OjI/AAAAAAAAAJI/dfeTcM1-I_c/s320/002-Copy.jpg" width="215" /></a></div>
<b>Sanggar Tari Kembang Sore</b> pada awalnya hanyalah merupakan sekelompok anak-anak SMP Kalangbret Tulungagung dibawah bimbingan seorang wanita yang dianggap sesepuh dan orang tua angkat anak-anak tersebut. Tokoh wanita itu adalah Ibu Suhartiyah. Sejak didirikan kelompok itu beliau bergerak dalam seni tari dan karawitan. Dibawah pimpinan Untung Muljono, mereka mulai mencoba menggarap sebuah sendratari dengan judul Kembang Sore, yang dipentaskan disebuah forum perpisahan. Pementasan yang didukung oleh 50 orang penari itu membuahkan hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan sukses. Bagi Untung Muljono sendiri pementasan itu merupakan awal kegemilangan seorang penari dan sekaligus penata tari muda.<br />
Setelah mereka lulus SMP, kegiatan seni tari yang Untung pimpin semakin berkembang. Bahkan banyak dari mereka adalah anak-anak TK dan SD yang ikut bergabung dalam kegiatan seni tari tersebut. Adapun seni tari yang diajarkan adalah hasil kreasi dari Untung Muljono dan adiknya Wardoko.<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-B89YMkTZGI4/TuHXyr6QI2I/AAAAAAAAAJY/jsQWKMJGex4/s1600/Logo+STKS.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-B89YMkTZGI4/TuHXyr6QI2I/AAAAAAAAAJY/jsQWKMJGex4/s1600/Logo+STKS.jpg" /></a></div>
Untung Muljono menari sejak sekolah di tingkat dasar bersama adiknya yaitu Wardoko. Kegiatan menari ini ditekuninya hingga kini, dimana saat ini dia bertempat diYogyakarta. Kepindahan ke Yogyakarta setelah mereka lulus dari SPG guna melanjutkan studi yang lebih tinggi. Di Yogyakarta mereka merintis sebuah sanggar tari yang mereka beri nama “Sanggar Tari Kembang Sore”. Berdirinya sanggar tari tersebut tak lepas dari dukungan dan kerjasama dari rekan-rekannya seperti Sundoko (alm) dari Ponorogo, dan Bambang Sardaka yang berasal dari Kulon Progo. Pada tahun 1984 tepatnya pada tanggal 14 Februari, berdirilah Sanggar Tari Kembang Sore secara resmi yang kegiatannya dipusatkan di Dusun Sorogenen Kalasan Sleman Yogyakarta. Peresmian Sanggar Tari Kembang Sore diresmikan oleh Departemen Kesenian Yogyakarta. Kecuali itu di Tulungagung juga berdiri Sanggar Tari Kembang Sore cabang Tulungagung dan merupakan anak buah dari Untung Muljono<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-ySipMRxFTX8/TuHXlYet1UI/AAAAAAAAAJQ/jCU1xZTWmkQ/s1600/012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="258" src="http://2.bp.blogspot.com/-ySipMRxFTX8/TuHXlYet1UI/AAAAAAAAAJQ/jCU1xZTWmkQ/s400/012.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-mm7auOcAwfA/TuHYew7qs9I/AAAAAAAAAJg/4DE83GqYNMQ/s1600/013-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="269" src="http://2.bp.blogspot.com/-mm7auOcAwfA/TuHYew7qs9I/AAAAAAAAAJg/4DE83GqYNMQ/s400/013-2.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-VfWp9lBWaPM/TuHYhKzDmVI/AAAAAAAAAJo/MfyKm75gXQ0/s1600/babe.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="267" src="http://3.bp.blogspot.com/-VfWp9lBWaPM/TuHYhKzDmVI/AAAAAAAAAJo/MfyKm75gXQ0/s400/babe.jpg" width="400" /></a></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0