Arti Nama Kembang Sore
Jika dilihat nama kembang sore hanyalah sebutan biasa yang tidak memiliki keistimewaan tertentu. Tapi sebenarnya nama ini berasal dari salah satu legenda rakyat dari daerah Tulungagung. Kembang Sore adalah tokoh legendaris yang berbau animisme yaitu cerita seorang wanita dari Tulungagung yang tidak pernah menikah.
Tokoh Kembang Sore diangkat karena tokoh tersebut dapat mengilhami karya-karya beliau. Ternyata tokoh Kembang Sore dapat membiayai Untung sampai lulus dari perguruan tinggi dan nama Kembang Sore juga tidak lepas dari seorang figur ibu angkat Untung (Suhartiyah). Jadi nama Kembang Sore tidak lepas dari Untung Muljono.
Untuk lebih jelasnya legenda ini bisa diceritakan kisahnya sebagai berikut:
Pada zaman dahulu terdapatlah sebuah padepokan tempat berguru bernama BUNO ROWO. Padepokan ini letaknya di daerah Jawa Timur yang merupakan bawahan Majapahit.
Padepokan ini mempunyai nama BUNO ROWO karena daerah itu banyak terdapat rawa-rawa. Sang guru yang memimpin padepokan ini memiliki banyak murid. Dari sekian banyak murid itu yang terkenal adalah Kalang, Lembu Peteng, Bedalem, dan Kasan Basari. Diantara murid-murid itu yang termuda adalah Lembu Peteng. Lembu Peteng adalah putra raja Majapahit. Tidaklah mustahil apabila Lembu Peteng merupakan murid yang paling cakap diantara sekian banyak murid. Tiap kali Sang Guru memberikan pelajaran olah kanuragan Lembu Peteng yang lebih dahulu bisa menguasainya.
Hal ini yang menjadikan Sang Guru bertambah simpatik terhadap Lembu Peteng. Tetapi dibalik keakraban Sang Guru itu diartikan lain oleh saudara seperguruannya, bahkan lebih dari itu menjadikan iri terhadap murid yang lain terutama Adipati Kalang yang merasa paling tua menjadi murid Sang Guru. Lain daripada itu diantara Adipati Kalang dan Lembu Peteng memang ada gejala persaingan dalam merebut hati putri yang bernama Roro Kembang Sore. Hal inilah yang menjadikan alasan Adipati Kalang untuk membunuh Lembu Peteng, padahal Roro Kembang Sore sangat mencintai Lembu Peteng hingga mereka berdua berjanji untuk hidup bersama. Setelah Roro Kembang Sore tahu bahwa Lembu Peteng dibunuh oleh Adipati Kalang, dia bersumpah untuk membalas dendam kekasihnya.
Dibalik itu pembesar kerajaan Majapahit telah mendengar bahwa putra raja tidak lain adalah Lembu Peteng telah dibunuh oleh Adipati Kalang, maka sang raja mengirimkan utusan ke BONO ROWO yang dipimpin oleh Permada untuk melacak Adipati Kalang. Bagaimanapun Roro Kembang Sore tidak tinggal diam, dia berupaya agar bisa membalas kematian kekasihnya dengan bertapa di Gunung Cilik Kembang Sore bergelar Resi Winardi. Hal ini untuk memenuhi sumpahnya yaitu membalas kematian Lembu Peteng.
Singkat cerita Adipati Kalang melarikan diri karena kalah melawan prajurit Majapahit, hingga dia meminta perlindungan pada Sang Resi. Akhirnya tertangkaplah Adipati Kalang di pertapaan Resi Winardi. Dengan kegigihannya, Kembang Sore berhasil memenuhi sumpahnya.
Karena cerita tersebut, maka rakyat Jawa Timur terutama rakyat Tulungagung sangat terkesan sampai akhirnya cerita tersebut tidak bisa dipisahkan lagi dari hati rakyat Tulungagung, bahkan menjadi legenda sampai sekarang. Oleh karena pendiri sanggar tari berasal dari Jawa Timur tepatnya di daerah Tulungagung, maka diangkatlah cerita legenda itu menjadi nama sanggar tari yaitu Sanggar Tari Kembang Sore.
Hal ini dilakukan dengan maksud untuk melestarikan (nguri-uri) agar nama legenda Kembang Sore bisa dilestarikan dan tidak hilang dari hati masyarakat Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya.
0 komentar:
Post a Comment