Ketoprak dengan 'Style' menjadi pelopor Ketoprak Termegah Pertama Kali
UNTUK bersaing dengan bioskop, kita harus meniru bioskop. Itulah barangkali kiat terpenting kejayaan Siswo Budoyo di masa lalu. Pada 1970-an dan 1980-an, bioskop menjadi primadona hiburan masyarakat. Dan ketoprak, seperti wayang orang, tak hanya dipandang "udik", tapi juga hambar dan formal. Ketoprak hanya bisa bertahan jika menerapkan teknik-teknik filmografi. Teknik seperti itulah yang diperkenalkan Ki Siswondo dalam kesenian tradisional ketoprak. Untuk hal yang paling sederhana, misalnya, dialah yang memperkenalkan title dalam pertunjukan ketoprak, menayangkan judul dan nama-nama pemain di layar memakai slide projector. Tak hanya itu. Untuk menyihir penonton, Siswo Budoyo juga menerapkan dekorasi, lampu, sound system, dan penciptaan efek khusus melalui video yang dikemas menjadi teknologi canggih. Efek suara, yang menggunakan rekaman suara alam dan satwa, serta pencahayaan telah dibuat sedemikian rupa untuk menghadirkan suasana dramatis seperti yang dikehendaki: horor, sedih, atau gembira. Gebrakan Siswo Budoyo dengan kreasi begini dilakukan ketika kelompok ketoprak lainnya masih berkutat dengan teknik panggung kuno serta cerita klasik menjemukan. Tidak berlebihan bila pada awal 1980-an Siswo Budoyo memproklamasikan diri sebagai "Ketoprak Gaya Baru". Ki Siswondo juga menghadirkan akrobat dalam panggung. Meminta anak-anak buahnya mempelajari serius pencak silat, dia misalnya bisa menghadirkan teknik perkelahian yang hidup dan tampak sungguhan, bukan adegan tipuan seperti dalam wayang orang kebanyakan.
Barangkali Siswo Budoyo merupakan ketoprak pertama yang menggunakan teknik salto ke belakang, yang benar-benar membutuhkan keterampilan khusus. Endang Wijayanti, mantan primadona Siswo Budoyo dan istri kedua Ki Siswondo, mengaku sering diminta sang pemimpin menemaninya mencari ide dan mengembangkan inovasi. Ia sering diajak ke bioskop untuk menggali cerita baru dan mempelajari kisah sejarah dan pewayangan. "Salah satu keberanian yang pernah dilakonkan Siswo Budoyo adalah mementaskan ketoprak yang diadaptasi dari film bioskop Manusia Ular," kata Endang, "Lakon ini begitu menyedot penonton karena aksi panggungnya dilengkapi properti pendukung seperti tata lampu dan dekorasi yang sangat mahal." Prinsipnya, Siswo Budoyo tahu dan peka terhadap apa yang dibutuhkan penonton. Tak hanya teknik penyajian, cerita yang disajikan Siswo Budoyo pun inovatif. Di saat-saat tertentu, mereka menggelar lakon Tutur Tinular, Pedang Naga Puspa, Saur Sepuh, dan film laga lokal yang sedang ngetop masa itu. Pendek kata, Ki Siswondo ingin, siapa pun yang menyaksikan pementasan Siswo Budoyo akan merasa seperti di dalam gedung bioskop menonton film teknik tinggi. Sayangnya, kreasi dan imajinasi seperti itu kini harus membentur kenyataan sejarah. Hanya dengan di rumah menyaksikan televisi, orang kini bisa menikmati perkelahian yang hidup dan cerita tradisional kolosal serupa, tanpa harus bepergian. Seni panggung, seperti juga bioskop, kini tinggal kenangan tentu juga dengan penuh harapan bisa muncul kembali. Hadriani Pudjiarti, Kukuh S. Wibowo
4 komentar:
Niki ketoprak siswo budoyo pundi nggih ?
Tulungagung
Sae sanget jos hidup Siswo budhoyo
Hidup Siswo budhoyo
Post a Comment